Jakarta, Hotfokus.com
Tak terasa dalam hitungan hari ke depan, marger BUMN PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) genap mencapai 1 tahun. Banyak yang diharapkan pemerintah dari penggabungan BUMN Pelabuhan ini terutama untuk meningkatkan daya saing pelabuhan Indonesia dengan negara lain.
“Ironisnya, saat ini pelabuhan di Indonesia belum menjadi pilihan utama kapal-kapal niaga asing yang melalui wilayah Indonesia. Kebanyakan kapal dagang asing tersebut memilih untuk sandar di pelabuhan Singapura,” kata Pengamat Maritim, Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, saat dihubungi Hotfokus.com, Minggu (25/9/2022).
Menurut Capt.Hakeng, untuk membuat agar kapal-kapal dagang asing itu bisa bersandar ke pelabuhan di Indonesia terutama di jalur ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia), maka Pelindo perlu membuat satu terobosan dengan membangun rest area bagi kapal di area ALKI.
“Bagaimana agar kapal-kapal bisa bersandar ke pelabuhan di Indonesia, saya menyarankan agar Pelindo perlu ada satu terobosan dengan membuat rest area bagi kapal di area tersebut,” ujarnya.
Selain itu, kata Hakeng, merger BUMN Pelindo juga bertujuan agar biaya logistik di negeri ini dapat bersaing dengan negara-negara lain.
“Namun sudah hampir satu tahun ini biaya logostik di negara kita masih belum dapat turun apalagi dikatakan sesuai harapan. biaya logistik masih dikatakan mahal oleh para pelaku angkutan logistik,” tukasnya.
“Saya berharap Pelindo dapat terus meningkatkan pelayanan dan menambah teknologi dan pelayanan di pelabuhan untuk memperlancar arus kapal yang masuk dan keluar. Pelindo diharapkan juga dapat merangkul mitra dari swasta atau negara lain,” sambung Capt Hakeng.

Lebih jauh ia juga menyayangkan masih terjadinya tumpang tindih dalam hal pengelolaan Tersus dan TUKS di Indonesia, relatif mudahnya pengajuan pembuatan Tersus dan TUKS, lemahnya pengawasan dalam hal pembangunan serta pengelolaannya.
Dalam 1 tahun merger Pelindo, ia melihat hal-hal seperti itu masih sering terjadi. Sehingga patut diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya biaya tinggi logistik yang ada di Indonesia.
“Menurut saya tata kelola pelabuhan di Indonesia perlu ditata ulang. Saya juga mendorong Pelindo agar bisa segera dijadikan integrator dalam pengelolaan Tersus dan TUKS di Seluruh Indonesia,” tutup salah satu Pendiri Ahli Keselamatan dan Keamanan Maritim Infonesia (AKKMI) ini.
Dihubungi terpisah, pakar Pelabuhan, Harry Sutanto menilai, bahwa kualitas layanan Pelindo di tengah usia marger yang baru mencapai 1 tahun ini belum mencapai peningkatan yng signifikan seperti yang diharapkan.
“Satu tahun marger bukanlah waktu yang cukup bagi Pelindo untuk melakukan evaluasi seberapa tingkat keberhasilannya. Apalagi di masa pandemi yang belum benar-benar usai, dan di saat dunia masih ditimpa krisis ketegangan politik di Eropa,” katanya Sabtu.
“Kalau melihat pertumbuhan trafik masih belum seagresif masa sebelum Covid-19. Demikian pula dengan harmonisasi proses bisnis dan kultur kerja. Sebagai pengguna jasa kepelabuhanan, kami berharap merger ini bisa segera menghasilkan peningkatan kualitas layanan seperti yang dijanjikan sebelum penyatuan,” paparnya.
Harry juga menilai, marger Pelindo merupakan salah satu aksi korporasi yang tentunya bertujuan baik, sebagai leverage kapasitas finansial, standarisasi fasilitas, sistem layanan, peningkatan level of service serta akselerasi pemenuhan fasilitas pelabuhan yang tertinggal.
“Sebagai pengamat pelabuhan dan juga pelaku usaha, kami melihat merger ini sebenarnya salah satu aksi korporasi yang tentu saja bertujuan baik. Dan diharapkan bisa memarginalkan ketimpangan layanan di pelabuhan,” kata mantan Dirut Pelindo I dan Dirut Pelindo IV ini.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pelindo, Arif Suhartono mengungkapkan, bahwa satu tahun pasca merger, Pelindo telah memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Salah satunya adalah standarisasi dan digitalisasi pelabuhan yang ditunjang dengan peningkatan kapabilitas SDM serta transformasi proses bisnis yang dilakukan, mulai menunjukkan hasilnya yaitu adanya peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan.
“Peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari,” kata Arif.
Ia juga mengungkapkan bahwa dampak positif dari marger tersebut tercermin dari realisasi kinerja perusahaan tahun 2021 yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, terlihat dari realisasi arus barang, baik petikemas maupun non-petikemas.
“Arus petikemas tahun 2021 tercatat sebesar 17 Juta TEUs, tumbuh 22% dibandingkan tahun 2020. Sementara untuk arus non-petikemas tercatat 146 Juta Ton, atau naik 9% dari tahun sebelumnya,” ujarnya.
Menurut dia, tren kinerja positif tersebut berlanjut pada Semester I 2022, di mana arus petikemas pada Semester I 2022 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 8,2 juta TEUs menjadi 8,4 juta TEUs, atau tumbuh sebesar 2%. Hal yang sama juga terjadi pada arus non-petikemas yang meningkat dari 72 juta menjadi 74 juta Ton, atau tumbuh sebesar 4%.
“Saya optimis kinerja perusahaan akan terus meningkat seiring dengan kondisi perekonomian yang semakin membaik serta transformasi yang terus berjalan di dalam perusahaan,” tutup Arif.(RAL)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *