ads_hari_koperasi_indonesia_74

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2020 Kembali Minus 3,49 Persen

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2020 Kembali Minus 3,49 Persen

Jakarta, Hotfokus.com

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2020 adalah sebesar -3,49 persen (year on year /yoy). Meski masih terkontraksi namun angka pertumbuhan ekonomi tersebut lebih baik dibandingkan triwulan II 2020 (qtoq) yang mengalami kontraksi 5,32 persen (yoy). Artinya secara kuartalan terjadi pertumbuhan sebesar 5,05 persen. Dengan realisasi pertumbuhan ekonomi yang masih negatif, maka secara resmi Indonesia mengalami resesi karena secara dua kali berturut-turut terkontraksi.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mengatakan secara kumulatif dari triwulan I – III 2020 angka pertumbuhan ekonominya terkontraksi sebesar 2,03 persen yoy. Sementara berdasarkan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) pada triwulan III 2020 sebesar Rp3.894,7 triliun. Sedangkan apabila dilihat atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp2.720,6 triliun. Tren perbaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2020 ini juga terjadi di beberapa negara mitra dagang Indonesia.

“Meski pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi tapi tidak sedalam pada triwulan II lalu, jadi grafiknya mulai terangkat atau ada perbaikan di sana. Memang masih terkontraksi tapi tidak dalam, arah (perbaikan) ini harus dijaga dengan semangat optimisme kita bersama,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (5/11).

Menurut kelompok pengeluaran, kata Suhariyanto, yang menjadi penentu utama perbaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2020 dibandingkan triwulan II 2020 adalah konsumsi pemerintah. Tercatat belanja pemerintah pada periode tersebut tumbuh 16,93 persen. Kemudian disusul oleh kinerja ekspor yang tumbuh 12,14 persen, PMTB (Pembentuk Modal Tetap Bruto) atau investasi juga tumbuh 8,45 persen. Kemudian untuk konsumsi rumah tangga 4,70 persen. Kemudian untuk kinerja impor masih tumbuh minus sebesar 0,08 persen. Sedangkan konsumsi LNPRT tumbuh positif sebesar 0,56 persen.

Dijelaskannya meski pertumbuhan konsumsi pemerintah paling tinggi secara kuartalan, namun tetap saja belum bisa mendorong pertumbuhan ekonomi ke jalur yang positif. Hal itu karena share belanja pemerintah terhadap total pertumbuhan ekonomi masih kalah rendah jika dibandingkan dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Tercatat kontribusi konsumsi rumah tangga dan investasi sharenya terhadap total PDB secara kuartalan sebesar 88,43 persen.

“Meski tumbuh tinggi untuk konsumsi atau belanja pemerintah namun kalau tiga komponen terganggu (konsumsi rumah tangga, investasi dan net ekspor – impor) maka pertumbuhan ekonomi akan masih di level rendah,” sambungnya.

Tren perbaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2020 perlu untuk dipertahankan. Menurutnya capaian pada periode ini akan menjadi salah satu penentu terhadap total pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 secara full year.

“Artinya terjadi perbaikan pertumbuhan ekonomi dan tentu kita berharap pada triwulan IV situasinya akan lebih baik apalagi adanya pelonggaran PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar),” pungkasnya. (DIN/rif)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *