ads_hari_koperasi_indonesia_74

Kemenperin Pacu EBT di Sektor Logam, Mesin dan Transportasi

Kemenperin Pacu EBT di Sektor Logam, Mesin dan Transportasi

Semarang, hotfokus.com

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pacu pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di sektor manufaktur. Ini langkah memitigasi perubahan iklim global, serta untuk memenuhi kebutuhan energi dan alternatif pengganti energi fosil dan batubara. Upaya transisi energi ini membutuhkan kolaborasi di antara pemangku kepentingan agar memberikan dampak positif yang signifikan dan mengakselerasi tujuan strategis tersebut.

“Bagi pelaku industri, renewable energy bukan dipandang sebagai cost, tapi investasi ke depan agar bisa masuk ke pasar luar negeri,” kata Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (Ilmate) Kemenperin, Taufiek Bawazier, dalam forum sinergi di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (22/2/2024).

Dirjen menegaskan perlu kebijakan konkret secara offensive untuk mengurangi penggunaan sumber energi konvesional dan menggeser perilaku masyarakat kepada sumber EBT. “Jadi, tidak defensive lagi. Kita perlu mengenalkan berbagai produk industrinya, termasuk ke kancah internasional,” jelasnya.

Diharapkan para peserta yang ikut dalam forum sinergi bisa mengetahui negara mana saja yang sudah memberlakukan konsep green energy sebagai acuan dan tujuan pasar produk industri dari Indonesia. “Dari forum sinergi ini diharapkan akan tercipta sebuah formulasi kebijakan yang tepat untuk ke depan,” katanya.

Taufiek mengungkap sektor Ilmate bisa berkontribusi besar dalam mendukung penumbuhan EBT di Indonesia. Apalagi, kinerja sektor Ilmate selama tiga tahun berturut-turut mampu tumbuh dua digit, melampaui pertumbuhan ekonomi.

“Artinya, sektor Ilmate menjadi jantung bagi pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional. Karena itu, kami terus mendorong produk Ilmate harus bisa diproduksi di dalam negeri untuk membangun ekosistem industri yang kuat,” paparnya.

Karenanya, Kemenperin pun turut mendukung percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Hal ini sesuai proyeksi Bloomberg New Energy Finance (NEF) yang menyebut bahwa permintaan EV dunia diperkirakan terus meningkat dan akan mencapai sekitar 55 juta unit pada 2040.

“Pemerintah telah menyusun peta jalan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) sesuai dengan Permenperin No. 28 Tahun 2023, di mana pengembangan KBLBB berisikan panduan penguasaan komponen utama yang terdiri dari baterai, motor listrik dan converter,” tutur Taufiek.

Salah satu milestones penting dari peta jalan tersebut adalah produksi motor listrik maupun inverter telah mencapai efisiensi berturut-turut lebih dari 94 persen dan 95 persen pada tahun 2030, serta minimum Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) kendaraan roda 2, 3, 4, dan lebih mencapai 80 persen.

“Produk ramah lingkungan ini dapat menjadi pilihan untuk komoditas unggulan ekspor kita ke depan. Apalagi, selain kendaraan listrik yang berbasis beterai, juga sudah mulai dikembangkan berbasis hidrogen hijau. Karena energi hidrogen ini bisa dikonversi menjadi energi listrik. Indonesia punya potensi ini, maka perlunya didukung dengan investasi,” katanya. (bi)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *