Jakarta, Hotfokus.com
Pakar Pelabuhan, Harry Sutanto menilai, marger PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) satu tahun lalu adalah waktu yang terlalu singkat untuk melakukan evaluasi seberapa tingkat keberhasilan Pelindo pasca merger, apalagi di masa pandemi yang belum benar-benar usai, dan juga masih ditimpa dengan krisis ketegangan politik di Eropa.
“Jadi kalau melihat pertumbuhan trafik masih belum seagresif masa sebelum Covid-19, soal layanan juga sedikit ada peningkatan kualitasnya karena masih jalani proses penataan. Demikian pula dengan harmonisasi proses bisnis dan kultur kerja,” kata Harry saat dihubungi Hotfokus.com, Sabtu (24/9/2022).
“Selaku pengguna jasa kepelabuhanan, kami berharap merger ini segera menghasilkan peningkatan kualitas layanan seperti yang dijanjikan sebelum penyatuan,” sambungnya.
Menurutnya, marger Pelindo merupakan salah satu aksi korporasi yang tentunya bertujuan baik, sebagai leverage kapasitas finansial, standarisasi fasilitas, sistem layanan, peningkatan level of service serta akselerasi pemenuhan fasilitas pelabuhan yang tertinggal.
“Sebagai pengamat pelabuhan dan juga pelaku usaha, kami melihat merger ini sebenarnya salah satu aksi korporasi yang tentu saja bertujuan baik. Dan diharapkan bisa memarginalkan ketimpangan layanan di pelabuhan,” ujarnya.

Lebih jauh mantan Dirut Pelindo I dan Dirut Pelindo IV ini mengatakan, sebagai konsekwensi penggabungan tentunya tidak mudah, karena tatakelola tidak semata penyatuan perusahaan, aset, proses bisnis dan keuangan, tapi juga penyatuan kultur kerja. “Tentu saja ini menjadi tantangan tersendiri bagi manajemen,” ucapnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono mengungkapkan, bahwa satu tahun pasca merger, Pelindo telah memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Salah satunya adalah standarisasi dan digitalisasi pelabuhan yang ditunjang dengan peningkatan kapabilitas SDM serta transformasi proses bisnis yang dilakukan, mulai menunjukkan hasilnya yaitu adanya peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan.
“Peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari,” kata Arif.
Arif mengungkapkan bahwa dampak positifnya marger tercermin dari realisasi kinerja perusahaan tahun 2021 yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, terlihat dari realisasi arus barang, baik petikemas maupun non-petikemas.
“Arus petikemas tahun 2021 tercatat sebesar 17 Juta TEUs, tumbuh sebesar 22% dibandingkan tahun 2020. Sementara untuk arus non-petikemas tercatat sebesar 146 Juta Ton, atau naik sebesar 9% dari tahun sebelumnya,” ujarnya.
Menurut Arif, tren kinerja positif tersebut berlanjut pada Semester I 2022, di mana arus petikemas pada Semester I 2022 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 8,2 juta TEUs menjadi 8,4 juta TEUs, atau tumbuh sebesar 2%. Hal yang sama juga terjadi pada arus non-petikemas yang meningkat dari 72 juta menjadi 74 juta Ton, atau tumbuh sebesar 4%.
“Saya optimis kinerja perusahaan akan terus meningkat seiring dengan kondisi perekonomian yang semakin membaik serta transformasi yang terus berjalan di dalam perusahaan,” tukasnya.(RAL)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *