ads_hari_koperasi_indonesia_74

Soal Holding Pelindo, Pengamat: Pemerintah Mau Kejar Keuntungan Atau Hanya Peningkatan Aset?

Soal Holding Pelindo, Pengamat: Pemerintah Mau Kejar Keuntungan Atau Hanya Peningkatan Aset?

Jakarta, Hotfokus.com

Kementerian BUMN berencana membentuk holding BUMN Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Rencananya, Pelindo I, II, III dan IV akan bergabung menjadi sebuah holding BUMN, kemudian akan dibentuk Subholding berdasarkan klaster bisnis, yaitu peti kemas, non-peti kemas, logistik dan hinterland development.

Menteri BUMN Erick Thohir menargetkan, pembentukan holding Pelindo tersebut sudah bisa berjalan mulai kuartal III-2021 dan rampung pada kuartal II-2022.

Meski demikian, pro-kontra kebijakan ini muncul. Meskipun alasan pemerintah membentuk holding pelabuhan untuk membuat biaya logistik turun serta meningkatkan kinerja BUMN, beberapa pihak justru menilai kebijakan ini bisa menjadi blunder bagi pemerintah, jika tidak dirancang sedemikian matang. Alih-alih mendapatkan keuntungan dari holding pelabuhan, kebijakan ini justru bisa membuat daya saing pelabuhan di Indonesia menurun.

“Pelajari saja semua yang pernah holding atau merger, yang sudah holding atau merger itu maju gak? keuntungan naik? bisnis bersaing gak?. Kalau dari aset iya, kan digabung ya asetnya naik, tapi secara perannya naik gak?, keuntungannya naik gak?, buat karyawan oke gak?,” ujar Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagyo, saat dihubungi Hotfokus.com, Rabu (25/8/2021) lalu.

Agus mengatakan, ia tidak bisa menilai secara kinerja bisnis karena sejatinya ia hanya melihat dari sudut pandang kebijakan. Meski demikian, berbekal contoh holding yang sudah ada, ia bisa mengatakan bahwa baik itu holding atau merger, tidak akan membuat perusahaan BUMN itu memenangkan persaingan dengan kompetitornya di luar negeri.

“Merger atau holding itu sama. Kita mau bersaing dengan negara-negara lain yang sejenis di luar Indonesia atau kita mau gedein aset tapi terus bisa rugi?, itu perlu dipikirkan matang. Ini saya hanya dari sisi kebijakan, kalau dari sisi keuangan bukan saya, anda harus tanya ekonom,” tegasnya.

Menurut sudut pandang Agus, sebaiknya perusahaan-perusahaan BUMN yang sudah memiliki kinerja baik ini tidak perlu lagi di merger atau di holding-kan. Sebab, merger atau holding tidak serta merta membuat keuntungan yang besar bagi BUMN tersebut.

“Kalau aset digabung sudah pasti besar. Pertanyaan saya adalah, kan kita akan bersaing. Pokoknya sekarang kita mau bersaing atau mau membesarkan aset? nanti kalau sudah besar apa masih bisa bersaing, tinggal pilih yang mana, kan kita melawannya kalau pelabuhan itu Port Klang Singapura, atau yang Thailand itu, apa mampu? kalau sendiri-sendiri gimana, kan sudah untung. Kalau sudah untung lalu mau gimana?,” pungkas Agus.

Sementara itu, saat dikonfirmasi terpisah, Direktur Utama PT Pelindo II (Persero), Arif Suhartono mengatakan, aksi korporasi yang akan dilakukan oleh BUMN Pelindo adalah merger, bukan Holding.

“Perlu dipahami bahwa pengertian holding dan merger itu berbeda. Holding tidak mengubah identitas perusahaan aslinya. Sedangkan merger menghilangkan identitas perusahaan asalnya (legacy),” ujar Arif kepada Hotfokus.com, Senin (30/8/2021).

Ia mencontohkan seperti terjadi pada holding BUMN semen yang terdiri dari Semen Padang, Semen Gresik dan Semen Tonasa. Perusahaan-perusahaan itu menurutnya tetap memiliki identitasnya masing-masing. Begitu juga perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam holding BUMN energi, yakni Pertamina, PGN, dan Pertagas,

“Bentuk integrasi Pelindo adalah merger bukan holding. Dengan merger, PT Pelindo I-IV tidak berdiri sendiri-sendiri lagi, tapi akan bergabung menjadi satu Pelindo,” jelasnya.

Menurut Arif, merger Pelindo memiliki banyak keuntungan, dimana pada intinya adalah menguatkan BUMN dan meningkatkan daya saing perusahaan.

Menurut Arif saat ini terdapat empat BUMN Pelabuhan yang berperan dalam pengembangan dan operasional pelabuhan nasional yaitu PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I, II, III dan IV yang memiliki cakupan wilayah masing-masing.

Terpisahnya BUMN Pelabuhan ke dalam beberapa cakupan wilayah operasi berkontribusi pada tantangan industri pelabuhan nasional antara lain pelabuhan nasional yang kurang terkoordinasi, operasi yang kurang efisien dan tidak terstandar, neraca keuangan dan capex yang tidak optimal dan kemampuan finansial yang terbatas.

“Untuk itu pemerintah selaku pemegang saham memutuskan melakukan penggabungan Pelindo I-IV menjadi satu Pelindo. Dengan penggabungan ini, Pelindo terintegrasi diharapkan akan memiliki kendali strategis yang lebih baik. Selain itu operasional bisnis pelabuhan laut akan lebih terkoordinasi dan pelayanan akan terstandar sehingga akan berdampak pada efisiensi dan penurunan biaya logistik secara bertahap,” jelasnya.

Merger Pelindo, kata Arif juga akan membuka kesempatan perusahaan untuk go global. Integrasi ini akan meningkatkan posisi Pelindo menjadi operator terminal peti kemas terbesar ke-8 di dunia dengan total throughput peti kemas sebesar 16,7 juta TEU

“Portofolio Pelindo Terintegrasi selanjutnya dikelompokan ke dalam klaster-klaster bisnis berdasarkan kedekatan bisnisnya yaitu Peti Kemas, Non Peti Kemas, Logistik dan Pembangunan hinterland, serta Marine, Equipment, & port service. Hal ini bertujuan agar eksekusi dan pengembangan bisnis dapat lebih fokus sesuai dengan lini bisnisnya,” tuturnya.

“Di sisi lain dengan tujuan pemfokusan klaster-klaster bisnis akan juga meningkatkan kapabilitas dan keahlian yang akan berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan melalui kualitas layanan yang lebih baik, peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya: keuangan, aset, SDM, penguatan strategi yang akan meningkatkan pangsa pasar,” pungkasnya. (SNU)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *