ads_hari_koperasi_indonesia_74

Refleksi 76 Tahun Kemerdekaan RI di Tengah Terpaan Covid-19

Refleksi 76 Tahun Kemerdekaan RI di Tengah Terpaan Covid-19

Tujuh puluh enam tahun Indonesia merdeka pada 17 Agustus 2021 ini. Pada usia yang tidak muda lagi, Indonesia dihadapkan pada tantangan berat untuk bisa mengatasi berbagai permasalahan, salah satunya Covid-19. Dua tahun sudah negeri ini dilanda pandemi yang telah memberikan dampak multidimensi. Berbagai upaya telah ditempuh, ditengah pengorbanan rakyat dan kerja tanpa henti pemerintah. Istilah demi istilah kita kenal dalam mencegah dan menanggulangi Covid-19, mulai dari PSBB, AKB, New Normal, terkini PPKM.

Ratusan triliun rupiah telah digelontorkan, ribuan nyawa manusia melayang, tracing, testing dan treatment telah gencar dilakukan, namun Covid-19 masih tetap saja mendera. Bagaimana refleksi kemerdekaan RI bisa memaknai berbagai upaya kolektif komponen bangsa ditengah masih mewabahnya Covid-19?

Menurut para ahli seperti dikutip dan disampaikan oleh Koordinator PPKM Jawa-Bali yang juga adalah Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut B Panjaitan, kita masih akan hidup bersama Covid-19 untuk beberapa tahun ke depan. Untuk itu penguatan disiplin protokol kesehatan menjadi kunci dan harga mati.
Adaptasi kebiasaan baru hidup dalam suasana masih mewabahnya Covid-19 harus menjadi rutinitas keseharian kita. Apalagi di tengah varian baru yang lebih mematikan.

Covid-19 dapat dianalogikan seperti penjajah. Pandemi ini telah merampas kemerdekaan berkumpul orang yang cenderung berkerumun, menyebabkan banyak nyawa melayang, menjadikan banyak orang kehilangan pekerjaan dan telah berkontribusi terhadap kontraksi negatif pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta dapat berujung pada ancaman pelemahan ketahanan nasional.

Jika kita ingin merdeka dari penjajahannya, diperlukan kolaborasi dan sinerjisitas dari seluruh elemen bangsa sebagai satu kekuatan bersama. Perbedaan pendapat adalah rahmat, jangan menjadikannya sebagai ajang permusuhan. Kolaborasi dan sinerjisitas harus dibangun di atas disiplin yang kuat di dalam satu visi dan satu rasa senasib sepenanggungan.

Kita harus belajar dari keteladanan yang telah dicontohkan oleh para pendiri dan pejuang kemerdekaan bangsa ini. Keteladanan tersebut dapat diterjemahkan ke dalam konteks kekinian. Penjajah adalah musuh bersama yang harus dihadapi dengan konsistensi perjuangan. Konsistensi perjuangan harus ditopang di atas semua pilar bangsa tanpa kecuali. Tidak boleh kendor, apalagi lengah.

Karena keteledoran dan kelengahan hanya akan menjadikan musuh semakin kuat dan merajalela. Dibutuhkan semangat kepahlawanan dari para pejuang bangsa. Kita semua masing-masing adalah pahlawan untuk diri kita sendiri dan juga untuk keluarga serta bangsa dan negara.

*Menuju Negara Bangsa Siaga”
Pandemi Covid-19 telah memberikan banyak pelajaran berharga kepada kita. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan, tetapi tidak sedikit juga dampak positif berupa renungan dan pembelajaran yang bisa dipetik. Salah satu hikmah sebagai pelajaran yang dapat dituai adalah tidak tersedianya contingency plan dan exit strategi mengantisipasi dampak negatif bencana yang bersifat multidimensi.

Secara makro bangsa besar hampir selalu berpijak pada tiga modal yaitu modal ekonomi, modal sosial dan modal manusia. Sensitivitas negara harus tinggi untuk menyentuh persoalan-persoalan ril di masyarakat, menuju Indonesia emas 2045. Negara harus siaga mengontrol informasi baik di media cetak maupun elektronik dan media sosial yang berpotensi menimbulkan gesekan dan mengancam eksistensi keberagaman bangsa. Pemerintah harus memutus rantai komunikasi yang berbau hasutan dan propaganda melalui media sosial.

Indonesia harus bekerja keras memelihara serta menumbuhkembangkan modal dasar kita yang sudah menjadi konsensus bersama yaitu Bhinneka Tunggal Ika sebagai bentuk siaga kebangsaan kita di tengah pluralitas yang ada. Kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas semakin dibutuhkan pada era otonomi daerah seperti sekarang ini.

Jangan biarkan perasaan se-daerah, se-partai politik, se-suku, se-universitas, se-ormas, se-kementerian melebihi perasaan se-bangsa dan se-tanah air Indonesia. Energi yang ada jangan bias dan terbuang hanya untuk perdebatan yang tidak urgen, karena bangsa dan negara sedang membutuhkan energi kolektif untuk dapat lebih cepat keluar dari ancaman dan dampak pandemi Covid-19.

Proses perjuangan kemerdekaan Indonesia yang panjang menjadi refleksi yang amat penting sebagai pembelajaran bahwa untuk mencapai suatu tujuan besar sangat diperlukan kekuatan persatuan dan kesatuan yang dibalut semangat kolaboratif tanpa pamrih. Pada kondisi seperti saat ini diharapkan semua elemen bangsa bersinerji dalam bentuk apapun, termasuk kontribusi pemikiran dan gagasan amatlah berharga untuk bersama-sama dapat membawa Indonesia lebih cepat keluar dari bencana pandemi Covid-19.

Oleh: Dr.Ir. Ishak Tan, M.Si
Dosen Universitas Winaya Mukti; Mantan Sekjen Pimpinan Pusat Pemuda Panca Marga

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *