ads_hari_koperasi_indonesia_74

SWF Indonesia Berbeda Dengan Negara Lain

SWF Indonesia Berbeda Dengan Negara Lain

Jakarta, Hotfokus.com

Lembaga Perbankan Indonesia (LPPI) menyatakan bahwa sovereign wealth fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yang dibentuk pemerintah baru-baru ini akan menjadi solusi bagi kebutuhan pendanaan jangka panjang. SWF juga menjadi solusi instrumen investasi dalam menggait dana asing sebanyak-banyaknya untuk bisa digunakan berbagai proyek insfrastruktur atau pembiayaan lainnya di masa mendatang.

Mirza Adityaswara, Direktur Utama LPPI menyambut baik pembentukan SWF ini. Dijelaskannya bahwa SWF di Indonesia akan terasa berbeda dengan SWF yang ada di negara yang mengalami surplus neraca pembayaran, seperti China, Norwegia, Taiwan, atau Singapura. SWF di Indonesia lebih diutamakan untuk menampung aset atau dana asing demi mencukupi kebutuhan pembiayaan.

“Jadi SWF mereka itu menyalurkan kelebihan cadangan devisa untuk investasi di luar negeri. Tetapi ada jenis lain dari SWF yang mengundang modal dari luar negeri untuk membangun di dalam negeri. Ini yang dilakukan LPI,” kata Mirza dalam keterangannya, Jumat (26/2/2021).

Dijelaskan bahwa dalam pembiayaan proyek infrastruktur di dalam negeri, pemerintah tidak bisa bergantung terhadap dana-dana dari swasta atau BUMN perbankan. Apalagi dengan APBN yang jumlahnya sangat terbatas. Oleh sebab itu pemerintah kerap mengeluarkan surat utang agar pembiayaan APBN dan proyek infrastruktur bisa tercukupi.

Memang dana asing yang masuk ke Indonesia saat ini tersebar di berbagi protofolio. Menurut Mantan Deputi Bank Indonesia ini aliran dana asing yang masuk selama ini via SBN, yang saat ini angkanya sekitar 25-26 persen. Kemudian global bond milik pemerintah dan swasta. Dana asing juga masuk ke pasar saham di BEI

“Tetapi perlu dipahami jika investor membeli ekspektasi, sehingga ada risiko volatility. Bisa beli dengan mudah, investor asing juga bisa jual dengan mudah. Maka harus dicari instumen yang lebih stabil supaya dana asing masuk bisa bertahan lebih lama di Indonesia,” jelas Mirza. (DIN/RIF)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *