Jakarta, Hotfokus.com

Keberadaan blok minyak dan gas (Migas) Masela di wilayah Maluku, harus membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat sekitar, baik dari sisi ekonomi, maupun sosial dan lingkungan hidup.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Dipl.- Oek. Engelina Pattiasina kepada Hotfokus.com di Jakarta, Kamis (25/2/2021).

Menurut Engelina, sejauh ini ada dua permasalahan yang tampak dari pengelolaan blok migas Masela. Hal itu yang menurutnya kemudian berdampak bagi masyarakat Maluku, dimana pengelolaan blok migas besar itu kurang berpihak pada masyarakat lokal.

Pertama, pengambil kebijakan disebut Engelina memang sengaja tidak membuka data kontrak, karena dengan cara tertutup, maka diduga ini akan memuluskan semua rencana mereka.

“Ini keliru, karena semestinya pemerintah pusat melibatkan pemangku kepentingan di daerah, termasuk masyarakat di Maluku. Kalau begini, kan wajar kalau masyarakat curiga dan tidak percaya, kalau kepentingannya sudah diakomodir dalam kontrak itu,” ujar Engelina.

Kedua, lanjut dia, kalaupun pemerintah pusat tertutup, tentu ada sistem yang memungkinkan, agar semua proses itu dibuka ke publik.

“Kalau bicara sistem kekuasaan, maka mereka yang berada dalam sistem yang sebenarnya mampu untuk memastikan kepentingan rakyat itu. Pemerintah daerah, lembaga perwakilan sebenarnya tidak susah untuk membuka rencana kontrak itu,” tuturnya.

Menurut Engelina, pemerintah daerah harus belajar dari pengalaman selama ini dan pengalaman daerah kaya yang lainnya, dimana mereka harus menghindari kutukan sumber daya alam. Sebab basanya, daerah kaya sumber saya alam sering dilanda konflik dan korban dari sumber daya alamnya sendiri.

“Karena ini menjadi rebutan banyak pihak dan kepentingan di situ. Ada banyak pekerjaan rumah di Blok Masela, baik mengenai masyarakat adat, wilayah, dampak ekonomi dan pemanfaatan peluang ekonomi yang ada,” sebutnya.

Menurut Engelina, sangat penting untuk memastikan, gas Blok Masela dikelola melalui industri yang dibangun di Maluku. Setidaknya, ada ratusan industri turunan dari gas, seperti tekstil, plastik, pupuk dan sebagainya. Pemegang kebijakan disebutnya harus mengambil langkah strategis, untuk mendorong dan mengembangkan industri di Maluku.

“Kalau tidak ya sama dengan yang terjadi dimana-mana, gas diambil, dimuat di kapal dan dikirim ke berbagai tempat. Kemudian kita membeli kembali produk yang berbahan baku gas. Kita harus olah gas menjadi berbagai produk, kemudian produk itu yang dikirim ke berbagai tempat,” tuturnya.

“Saya yakin, kalau seperti ini, maka Maluku akan mencapai titik kesejahteraan yang sangat baik,” sambungnya. (SNU/RIF)