ads_hari_koperasi_indonesia_74

Penurunan Stok AS Gagal Beri Sentimen Positif Ke Harga Minyak, Faktor Covid Jadi Pemberat

Penurunan Stok AS Gagal Beri Sentimen Positif Ke Harga Minyak, Faktor Covid Jadi Pemberat

New York, Hotfokus.com

Laporan tentang penurunan besar-besaran terhadap stok minyak Amerika, ternyata gagal mengangkat harga minyak di pasaran. Lagi-lagi, kekhawatiran tentang pandemi global akibat lonjakan kasus Corona menjadi faktor pemberat dari kenaikan harga minyak dunia.

Stok minyak mentah Amerika turun hampir 10 juta barel pekan lalu ke level terendah sejak Maret, mengejutkan pasar, yang memperkirakan peningkatan moderat.

“Pasar didorong oleh penurunan stok minyak mentah yang signifikan ketika industri penyulingan terus mengubah surplus minyak mentah menjadi produk penyulingan,” kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston, dikutip dari Reuters, Kamis (28/1/2021).

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, ditutup menguat 24 sen menjadi USD52,85 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Rabu (27/1/2021) atau Kamis (28/1/2021) pagi WIB.

Sementara, minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 10 sen menjadi USD55,81 per barel.

Juga menopang minyak adalah keputusan Federal Reserve untuk tetap mempertahankan nada yang  dovish  dan membiarkan suku bunga utama  overnight  mendekati nol untuk mempertahankan dukungan moneter sampai ada rebound yang lebih kuat dari resesi yang disebabkan pandemi.

Kenaikan jumlah kasus virus corona global, yang melampaui 100 juta saat infeksi melonjak di Eropa dan Amerika, sementara Asia berjuang untuk menahan penyebaran wabah baru, membebani harga minyak.

“Kekhawatiran permintaan bakal terus bersama kita untuk beberapa waktu,” kata Eugen Weinberg, analis Commerzbank.

China, konsumen minyak terbesar kedua, baru-baru ini mengalami kebangkitan virus korona. Data resmi China menunjukkan 75 kasus baru Covid-19 yang dikonfirmasi pada Rabu, kenaikan harian terendah sejak 11 Januari.

Analis mengatakan harga bisa mendapatkan keuntungan dari produksi minyak Amerika yang lebih rendah sebagai akibat dari peraturan industri yang lebih ketat oleh pemerintahan Presiden Joe Biden. Rabu, Gedung Putih menghentikan sewa minyak dan gas yang baru di tanah federal dan memotong subsidi bahan bakar fosil saat Biden berupaya mengimplementasikan kebijakan energi hijau.

“Kita akan mengamati angka-angka produksi ini untuk melihat apakah produsen minyak AS dapat mengatasi lingkungan peraturan yang lebih ketat dan lingkungan pendanaan yang lebih keras serta kenaikan output,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago. (SNU/RIF)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *