ads_hari_koperasi_indonesia_74

Beri Manfaat Bagi Warga Sekitar, Proyek Migas di Masela Hingga Bula Bakal Masuk RUED

Beri Manfaat Bagi Warga Sekitar, Proyek Migas di Masela Hingga Bula Bakal Masuk RUED

Jakarta, hotfokus.com

Pemerintah Daerah Maluku dan Maluku Utara memastikan, proyek minyak dan gas (Migas) di wilayah Maluku dan Maluku Utara, seperti Blok Migas Masela hingga Lapangan Bula di Pulau Seram, bakal dimasukkan dalam Rencana Umum Energi Daerah (RUED).

“Hal itu dilakukan agar masyarakat sekitar bisa memetik manfaat dari keberadaan tambang-tembang tersebut, termasuk juga dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) wilayah tersebut,” kata Direktur PT Maluku Energi Abadi, Musalam Latuconsina dalam webinar yang diselenggarakan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Rabu (27/1/2021).

Menurut Musalam, pihaknya telah intensif melakukan koordinasi dengan Dinas Pertambangan Provinsi Maluku, untuk memasukkan potensi-potensi yang ada di wilayah Maluku dan Maluku Utara ke dalam RUED tersebut.

“Saat ini mereka (Dinas Pertambangan Maluku) sedang persiapkan. Dan saya sudah titip bahwa utilisasi dari hasil minyak dan gas di Masela maupun di Bula nanti harus dimasukkan dalam RUED Provinsi Maluku, karena itu sedang dikaji. Mudah-mudahan kami tetap terintegrasi atau bersinergi dengan Dinas Pertambangan Maluku, sehingga saat itu RUED selesai, kami cek benar-benar bahwa hasil gas dari Masela maupun minyak dari Bula nanti bisa masuk ke dalam RUED Provinsi Maluku,” papar Musalam.

Sementara itu, terkait penyerapan tenaga kerja, lanjut Musalam, hal itu juga menjadi salah satu concern yang dipikirkan. “Kita harapkan anal-anak Maluku yang backgroundnya perminyakan atau Geologist dapat berkiprah secara nasional di Indonesia maupun di luar Indonesia,” tuturnya.

Pompa Angguk
Sebelumnya, Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Engelina Pattiasina pernah menyampaikan bahwa saat dirinya berkesempatan mengunjung Kota Bula, Seram Bagian Timur di Maluku pada 2019, ia melihat begitu tingginya ketimpangan di wilayah tersebut. Ia bercerita, ketika dari Bandara menuju ke Kota Bula, masih terdapat pompa angguk, yang tentu saja sudah ketinggalan zaman untuk saat ini. Tapi, pompa itu masih setia mengangguk seperti layaknya memberikan “penghormatan” sambil mengeruk minyak dari perut bumi Seram. Tapi, ada juga istilah di masyarakat Bula yang menggambarkan pompa angguk itu seperti kuda yang merumput tapi tak pernah kenyang.

“Kota Bula sama sekali tidak bekerja seperti kota minyak yang biasanya hidup. Bula hampir sama dengan wilayah lain yang seolah-olah tidak memiliki kekayaan alam. Padahal, sekitar satu abad lebih minyak bumi diangkat dari Bula. Tapi, tidak ada kesejahteraan yang hadir sesuai dengan kekayaan alamnya,” tuturnya.

Sebagai informasi saja, keberadaan minyak di Bula, Pulau Seram diketahui pada tahun 1897. Selisih sekitar 11 tahun dengan penemuan minyak di Pangkalan Brandan, Sumatera Timur. Namun, pengeboran pertama sumur minyak di wilayah Waru, Teluk Bula dilakukan Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) —anak perusahaan De Koninklijke atau dikenal The Royal Dutch pada tahun 1913. Minyak berhasil keluar setelah mencapai kedalaman 950 kaki atau sekitar 289 meter.

Penemuan lapangan Bula Lemun pada 1925 menjadikan Bula sebagai sumber minyak mentah bagi pemerintahan kolonial. Minyak mentah diangkut dari Bula dibawa ke daerah yang memiliki kilang atau dikirim ke berbagai negara. Sebab, The Royal Dutch-Shell telah berubah menjadi perusahaan raksasa dunia.

“Di sisi lain, masyarakat Seram dan Maluku bukan penikmat tapi justru menjadi korban, paling tinggi sebagai kuli di perusahaan kolonial. Di masa Hindia Belanda, sumber minyak hanya berasal dari Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Seram,” pungkasnya.(SNU/RIF)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *