Jakarta, hotfokus.com
Harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Januari lalu terdampak penyebaran Virus Korona sehingga turun menjadi US$ 65,38 per barel dari akhri 2019 sebesar US$ 67,18 per barel.
Pelaku pasar khawatir jika penyebaran virus ini berdampak pada permintaan minyak Tiongkok yang akan mempengaruhi harga minyak dunia.
Tim Harga Minyak Indonesia menyatakan, konsumsi minyak Tiongkok mencapai 9 juta barel per hari (bph) pada tahun lalu atau setara 90% produksi minyak mentah Arab Saudi. Penyebaran virus ini berdampak pada berbagai aspek, antara lain penurunan profit pariwisata, dan penurunan indeks pasar saham.
“Berdampak juga pada penurunan demand produk jet fuel karena dibatalkannya sejumlah penerbangan dari dan tujuan Tiongkok,” kata Tim Harga Minyak dalam keterangan resminya, Senin (10/2).
Turunnya harga minyak, lanjut Tim Harga Minyak, juga lantaran pelaku pasar menilai adanya kesepakatan dagang Tahap I antara Amerika Serikat dan Tiongkok tidak akan mendongkrak permintaan minyak mentah dan pertumbuhan ekonomi.
Pasalnya, Pemerintah Amerika Serikat berniat untuk tetap mengenakan tarif atas barang-barang produksi Tiongkok hingga tercapai kesepakatan dagang Tahap 2.
Ditambahkannya, adanya sentimen pasar minyak yang menilai bahwa tidak terdapat ancaman atas pasokan minyak mentah global seiring melemahnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga turut memangkas harga. Faktor lainnya adalah terus meningkatnya pasokan minyak mentah global dari shale oil Amerika Serikat dengan produksi mencapai rekor 13 juta bph didukung peningkatan kapasitas ekspor negara tersebut terutama di Corpus Christi, dan peningkatan jumlah rig minyak.
“Juga Rusia yang pada Januari 2020 mencapai rekor tertinggi dalam 5 bulan terakhir dengan dalih kendala teknis setelah terjadinya krisis kontaminasi minyak di Druzhba termasuk juga bahwa kesepakatan pemotongan produksi OPEC+ hanya untuk minyak mentah, tidak berlaku untuk kondensat,” tutur Tim Harga Minyak.
Tim menambahkan, Energy Information Administration (EIA) melaporkan peningkatan stok produk gasoline Amerika Serikat pada Januari lalu sebesar 18,7 juta barel menjadi 261,2 juta barel dibandingkan Desember 2019. Selain itu, stok produk distillate negara tersebut pada bulan yang sama juga dari sebesar 11,0 juta barel menjadi 144,7 juta barel dibandingkan bulan sebelumnya.
“Penurunan harga minyak mentah Januari juga disebabkan oleh laporan OPEC mengenai peningkatan suplai minyak mentah dari negara-negara Non OPEC,” tambah Tim Harga Minyak. Kenaikan suplai ini mencapai 2,34 juta bph di tahun ini, dari sebesar 64,34 juta bph di 2019 menjadi 66,68 juta bph pada tahun ini.
Khusus kawasan Asia Pasifik, lanjut Tim Harga Minyak, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan turunnya harga minyak mentah. Pertama, pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun ini diperkirakan turun sebesar 1% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 6%, dan berpotensi bertambah lemah 1-1,5% akibat penyebaran Virus Korona.
“Faktor lainnya, planned maintenance di Kilang Marifu, Jepang yang berkapasitas 200 ribu bph pada Januari 2020. Kilang tersebut diperkirakan kembali beroperasi pada akhir Maret 2020,” kata Tim Harga Minyak. (ert/rif)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *