ads_hari_koperasi_indonesia_74

Menko Luhut: Proyek-proyek di Jalur Sutra Modern gunakan skema B to B

Menko Luhut: Proyek-proyek di Jalur Sutra Modern gunakan skema B to B

Jakarta, hotfokus.com

Menko Maritim Luhut Pandjaitan mengatakan bahwa pemerintah tidak menyertakan dananya pada proyek-proyek yang masuk dalam program Jalur Sutra Modern.

“Kerjasama yang kita lakukan sekarang tidak ada yang berbentuk kerjasama antar pemerintah, yang kita lakukan sekarang ini semua kerjasama antar badan usaha, langsung pada proyek. Jadi peran pemerintah disini hanya memfasilitasi,” ujar Menko Luhut hari Rabu (24/4).

Menurutnya proyek-proyek tersebut murni dilakukan secara Business-to-Business (B2B), pemerintah Indonesia dan Cina disebut hanya untuk memfasilitasi bertemunya masing-masing badan usaha dari kedua negara. Menko Luhut tiba di Beijing Rabu pagi untuk mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) II Belt and Road Initiative atau Jalur Sutra Modern.

Menurutnya pemerintah saat ini tengah melakukan studi kelayakan proyek (feasibility study) dengan investor Cina  untuk beberapa proyek yang akan ditawarkan dalam KTT The Belt and Road Initiative ini.

“Sesuai  arahan Presiden agar pertumbuhan Indonesia bisa berada di 5,6% pada tahun 2020. Salah satunya adalah pemerintah akan memberi insentif kepada perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang ekspor dan investasi-investasi yang dapat mengurangi impor kita, seperti menciptakan lapangan kerja, dll,” katanya.

Misalnya, menurut Menko Luhut, saat ini ada beberapa perusahaan yang tertarik membangun industri mobil listrik di Indonesia, seperti Sokon. Perusahaan ini berminat memproduksi mobil listrik dalam bentuk taksi seperti yang sedang dikembangkan taksi Bluebird.

“Daripada kita impor, lebih baik mereka dirikan pabriknya di Indonesia join dengan Cina tentunya mereka harus melakukan alih teknologi,” katanya.

Ia menjelaskan selain di bidang industri ada pula kerjasama pendidikan vokasi yang akan membantu tenaga kerja Indonesia untuk dapat bersaing di era industri 4.0 sekarang ini.

“Akan ada 10,000 pelatihan vokasi yang diselenggarakan antara Jerman Indonesia dan Cina. Jadi tidak hanya antara Indonesia dan Cina. Bentuk kerjasama nya yaitu pelatihan ini menggunakan teknologi Jerman dan uangnya dari Cina, dengan kata lain kita menggunakan teknologi kelas satu dengan pendanaan yang relatif murah. Singapura juga tertarik ikut dalam kerjasama ini karena mereka sudah berpengalaman di bidang ini.(SA)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *