ads_hari_koperasi_indonesia_74

Diskriminasi Sawit Jadi Pelajaran Soal Ekspor Komoditas

Diskriminasi Sawit Jadi Pelajaran Soal Ekspor Komoditas

Jakarta, Hotfokus.com

Pengamat ekonomi Faisal Basri menyebut kasus diskriminasi minyak kelapa sawit dan turunannya oleh Uni Eropa harus menjadi pelajaran agar Indonesia tidak terus menerus bergantung pada ekspor komoditas.

“Ekspor kita tidak bisa terus menerus kita genjot,” katanya menjawab pertanyaan Antara di Jakarta, Kamis (04/4/2019).

Ekonom senior itu menjelaskan pasar Eropa bukan satu-satunya pasar yang bisa disasar oleh produk sawit Indonesia. India, kata dia, juga merupakan pasar yang prospektif. Sayangnya, kebijakan bea masuk impor yang tinggi di India hingga 50 persen menjadi kendala besar bagi Indonesia.

Oleh karena itu, Faisal menyarankan alih-alih menggenjot ekspor sawit ke India, akan lebih baik jika pengusaha sawit bisa membuka fasilitas produksi sawit di negara tersebut.

“Yang harus kita lakukan adalah bikin pabrik di India, pakai produk kita. Pengusaha sawit kita hebat-hebat kok, pasti bisa,” tuturnya.

Opsi lain yang kini mulai dilakukan pemerintah, lanjut dia, yakni dengan mengolah minyak kelapa sawit menjadi bahan bakar nabati melalui program B20 dan B30. Pemerintah bahkan tengah membidik untuk bisa mengembangkan B100 yang akan secara penuh memanfaatkan minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar.

Faisal mengingatkan proses gugatan ke Organisasi Perdagangan Internasional (WTO) akan memakan waktu lama. Belum lagi Indonesia selalu kalah dalam gugatan ke WTO sehingga opsi yang paling tepat saat ini adalah melakukan upaya diplomasi.

“Proses di WTO biasanya lama dan kita hampir selalu kalah, mulai dari kasus otomotif (mobil Timor) dan produk pertanian (soal produk hortikultura),” ujarnya.(ert)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *