ads_hari_koperasi_indonesia_74

Banyak Pekerja Asal RI Sukses di Qatar

Banyak Pekerja Asal RI Sukses di Qatar

DOHA — Ada cerita duka, ada pula cerita bahagia. Begitu pun para pekerja migran asal Indonesia di negara Qatar. Bahkan siaran pers Komite III DPD RI berdasarkan rilis Komunitas Pekerja Migran Indonesia, Rabu (30/5), cerita bahagia lebih banyak ketimbang cerita duka.

Banyak di antara para pekerja asal Indonesia meraih sukses dan makmur di Qatar. Di antara mereka, ada yang sudah bekerja di negara itu selama 10 tahun terakhir, 20 tahun, bahkan terdapat yang telah bekerja selama 30 tahun. Di Qatar selain memperoleh penghasilan tinggi, mereka juga memiliki profesi terhormat.

Kisah-kisah sukses para pekerja di luar negeri itu terungkap dalam pertemuan delegasi Komite III DPD RI yang dipimpin oleh Abdul Aziz, senator asal Sumatera Selatan yang juga wakil ketua Komite III DPD RI dengan komunitas Pekerja Migran Indonesia di Qatar, pada Selasa (29/5).

Pada pertemuan di Restoran Pearl Asia, Wakrah, Qatar, juga dihadiri oleh Duta Besar RI untuk negara itu, perwakilan dari komunitas pekerja migran di bidang petrokimia, gas, keperawatan dan telekomunikasi.

Duta Besar RI untuk Qatar, Muhammad Basri Sidehabi menyatakan bahwa “Lebih banyak kisah sukses dan kebahagiaan yg diterima oleh pekerja migran Indonesia di Qatar. Selama pekerja migran itu pekerja yang profesional, dan mengikuti prosedur yang berlaku”, ungkap Sidehabi.

Sementara pimpinan delegasi Komite III DPD RI, Abdul Aziz dalam sambutannya menyatakan bahwa Komite III DPD RI menjalankan fungsi dan tugasnya dalam melakukan pengawasan UU Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, salah satunya di negara Qatar.

“Kami rutin melaksanakan fungsi pengawasan di bidang ketenagakerjaan, salah satunya pekerja migran Indonesia, untuk memastikan terpenuhinya hak-hak mereka di luar negeri,” papar Abdul Aziz.

Terungkap dalam pertemuan tersebut, beberapa kisah sukses yang bisa diraih anak bangsa di negeri Qatar. Salah satunya seperti yang dituturkan oleh Roso, karyawan Qatar Gas. “Saya telah bekerja selama 9 tahun di Qatar Gas, perusahaan penyuplai LNG ke seluruh negara sebagai Inspection Engineer,” papar Roso.

Saat ini, selain sebagai karyawan di perusahaan, Roso juga berhasil mengembangkan usahanya di bidang restoran, yaitu restauran Pearl Asia di Al Khor dan Wakrah.

Kisah sukses lainnya juga diperoleh Mulyadi, yang sudah bekerja selama 18 tahun di Qatar Petrochemical Company (CAPCO) sebagai planner. Sebuah perusahaan penyuplai bahan baku biji plastik untuk seluruh dunia. “Saya baru 18 tahun bekerja di Qatar, karena ada senior saya ada yang sudah bekerja lebih dari 30 tahun di Qatar”, ungkap Mulyadi.

Mulyadi mengungkapkan bahwa, “Tenaga kerja profesional di Qatar sangat dihargai sebagai manusia dan dimanusiawikan. Suasana kerja pun tidak ada intimidasi ataupun tekanan.”

Sementara Sukatana, ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Qatar, yang telah bekerja selama 10 tahun sebagai perawat di sektor Industri, yaitu di Qatar Petroleum. “Bekerja di Qatar lebih banyak sukanya daripada dukanya,” ungkap Sukatana.

Sementara kisah sukses lain diperoleh Yuniarto, yang telah bekerja sebagai operation engineer selama 11 tahun di Ooredoo, sebuah perusahaan telekomunikasi di Qatar. Ooredoo juga sebagai pemilik saham 65 persen di Indosat Ooredoo.

“Saat ini di Ooredoo terdapat sekitar 27 orang pekerja migran Indonesia dari total 1.500 karyawan. Mulai dari posisi assisten director, senior manager, manager hingga engineer,” papar Yuniarto.

Beragam kisah sukses pekerja migran Indonesia di Qatar tersebut diperoleh dari sektor formal. Syaratnya harus memiliki kompetensi, pengalaman, kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, dan harus sesuai prosedur.

Diakhir sesi, Habib Hamid Abdullah, senator Kalimantan Selatan menyatakan bahwa menjadi pekerja migran profesional bisa menjadi alternatif. Agar masyarakat tidak selalu berharap untuk selalu menjadi PNS di dalam negeri.

Hadir dalam pertemuan ini Delegasi Komite III DPD RI, yang terdiri dari Abdul Aziz (Sumsel), Rosti Uli Purba (Riau), GKR Ayu Koes Indriyah (Jateng), I Gusti Ngurah Arya Wedakarna (Bali), Habib Hamid Abdullah (Kalsel), Rafli (Aceh), Muslihuddin Abdurrasyid (Kaltim) dan Abd. Jabbar Toba (Sultra). (kn)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *