ads_hari_koperasi_indonesia_74

Rencana Sekber Garuda Gelar Aksi Demo Sangat Disayangkan

Rencana Sekber Garuda Gelar Aksi Demo Sangat Disayangkan

Jakarta, hotfokus.com

Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu, Tri Sasono mengatakan, rencana aksi demo karyawan Garuda Indonesia yang dimotori oleh Serikat Bersama (Sekber) Garuda disayangkan berbagai pihak.

“Banyak yang menduga aksi tersebut ditunggangi oleh pihak-pihak yang ingin mengambil kepentingan dari kisruh internal yang dialami maskapai pelat merah tersebut yang kemudian dimanfaatkan terkait kepentingan bisnis dan iklim persaingan industri penerbangan saat ini,” kata Tri dalam keterangan tertulisnya yang diterima Hotfokus.com di Jakarta, Rabu (02/5).

Pihaknya menilai, rencana aksi demo karyawan Garuda Indonesia yang mempermasalahkan masalah susunan Direksi dari hasil  RUPS 19 April 2018 rasanya menjadi kurang tepat sasaran.

“Hakekatnya Serikat Pekerja itu harus memperjuangkan domain kesejahteraan pekerja dan kalau di BUMN lebih spesifik menjaga agar BUMN memiliki keberlangsungan bisnis yang menjanjikan sebagai perusahaan pelat merah yang memiliki daya saing yang kompetitif,” papar Tri.

Pada dasarnya, kata dia, visi dan perspektif membangun kinerja perusahaan yang baik yang disuarakan serikat bersama tersebut merupakan hal yang patut diamini. “Namun ketika upaya aspirasi tersebut yang dicanangkan melalui agenda mogok kerja berdampak pada ketidakstabilan kondisi operasional perusahaan tentunya menjadi hal yang serius dan perlu didiskusikan. Apalagi jika ini menyangkut hajat konsumen Garuda Indonesia,” ketusnya.

Ia menambahkan, Serikat Bersama juga tidak bisa mengukur kualitas kinerja manajemen yang baru terpilih. “Apakah kemudian menjadi ideal mengukur kualitas kinerja manajemen yang baru terpilih?  Rasanya tidak cukup bijak ketika Serikat Bersama tidak menyediakan ruang dan waktu yang kondusif untuk manajemen menjalankan amanat yang ditugaskan,” papar Tri.

Lebih jauh dikatakan, sekiranya manajemen memang menunjukan ketidakselarasan upaya dalam mendukung perkembangan perusahaan sudah selayaknya Serikat Bersama sebagai “orang lama” turut mengingatkan dan memberikan masukan yang membangun dan bukan selalu menjadikan opsi ultimatum menjadi pilihan satu satunya.

“Apakah kemudian menjadi bijaksana ketika “menunjuk” manajemen yang pada hakekatnya “dipilih” untuk mengemban tugas menjalankan perusahaan serta konsumen yang tidak tahu apa-apa menjadi pihak yang harus menerima konsekuensi dari perspektif ketidaksetujuan serikat atas keputusan pemangku kepentingan terkait?” Tanya Tri.

Pada dasarnya, lanjut dia,  Serikat Pekerja adalah “orang dalam” yang tentunya sudah pintar berhitung potensi kerugian seperti apa yang akan dialami perusahaan ketika indikasi tekanan dan ultimatum mogok kerja disuarakan.

“Rasanya kita kemudian kembali harus berpikir keras untuk menerka motif rekan-rekan Serikat Pekerja dan APG tersebut. Jika memang yang mereka perjuangkan adalah keberlangsungan operasional perusahaan,  justru melalui aksi yang mereka canangkan akan mencederai hal-hal yang mereka perjuangankan,” katanya.

“Sekarga dan APG harus berhati-hati dalam menyuarakan kepentingan Pekerja di Garuda, karena masih ada jalan yaitu dengan mediasi misalnya, serta memberikan masukan-masukan yang berupa kritik membangun untuk kemajuan Garuda tentunya dengan tetap mengedepankan komitmen kebersamaan untuk Garuda Indonesia yang lebih baik,” pungkasnya.

Sekedar diketahui, untuk tahun 2018 ini PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membidik laba bersih US$ 8,7 juta dan pendapatan US$ 4,9 miliar. Padahal pada tahun lalu, maskapai penerbangan pelat merah ini mencatatkan rugi bersih (yang termasuk extraordinary expenses) sebesar US$ 213,4 juta, dibandingkan 2016 yang mencetak laba bersih US$ 9,3 juta.

Sementara kondisi operasional Garuda Indonesia juga turut mencatatkan berbagai peningkatan kinerja yang signifikan dengan target on time performance di tahun 2018 yang ditargetkan menyentuh kisaran 91 persen.

Ini tentunya menjadi sebuah bukti adanya progress kemajuan yang dilakukan oleh manajemen Garuda bersama karyawannya.

Tahun 2018 juga disambut BUMN tersebut dengan iklim industri penerbangan yang semakin penuh tantangan, dan menargetkan pertumbuhan kapasitas penumpang hingga mencapai 9-10 persen.

Ini patut diapresiasi. Pencapaian tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi manajemen dan karyawan Garuda  khususnya melihat proyeksi nilai tukar mata uang US Dollar yang terus menguat terhadap Rupiah. Tentu hal ini akan menjadi tantangan yang berat dimana airlines bisnis dalam operasionalnya sebagian besar mengunakan US Dollar.(RAL)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *