JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menegaskan pentingnya harmonisasi dalam upaya pertumbuhan ekonomi dan memastikan tidak ada diskriminasi antara kaum Tionghoa dengan penduduk Indonesia dalam entrepreneurship.
Penegasan itu ia sampaikan saat menerima Special Benevolence Award 2017 dari World Chinese Economic Summit (WCES) 2017 ke-9 di Auditorium Wakil Presiden Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Senin (12/2).
Lebih lanjut JK mengatakan di Asia entrepreneurship sangat penting. Dikatakan pula bahwa hanya negara-negara yang memiliki banyak entrepreneur mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik. Untuk itu kolaborasi dan harmonisasi antara sektor-sektor lain sangat penting karena kebijakan perdagangan di Indonesia dipastikan tidak ada diskriminasi terutama dalam hal entrepreneruship.
JK mencontohkan keharmonisan dalam kepengurusan Kamar Dagang Indonesia (Kadin). “Kami tidak ada diskriminasi antara pengusaha, itulah kenapa Kadin, Wakil Ketuanya Shinta memiliki hubungan harmonis dengan Menteri Perdagangan, itulah sistem kami di Indonesia juga di dunia,” terangnya.
Dikatakannya juga bahwa harmonisasi mendukung pertumbuhan ekonomi. “Kita bisa menciptakan harmonisasi tanpa mengusahakan pertumbuhan, namun pertumbuhan tidak bisa tanpa harmonisasi, karena bisa menjadi masalah sosial di seluruh dunia,” paparnya.
JK menyatakan bahwa momen penganuherahan menjadi sangat penting karena dapat memberikan arti pada kebersamaan yang dapat menumbuhkan entrepreneurship. Entrepreneur Indonesia, lanjut JK, bisa belajar dari entrepreneur China yang memiliki cara kerja dinamis.
“Hal yang lebih penting lagi kita melihat dunia dan tahu bahwa ekonomi memasuki era digitalisasi dimana IT menjadi sangat penting dan hal ini menimbulkan efek monopoli,” papar JK.
Di kesempatan tersebut JK mengajak agar pengusaha Asia mampu bergandengan tangan untuk kemajuan bersama karena tanpa kebersamaan kawasan asia akan mengalami kondisi yang sama seperti terjadi di negara-negara lain yang hancur karena ketidakharmonisan. “Terdapat hubungan yang erat antara pertumbuhan ekonomi, kondisi politik dan keamanan yang stabil, sosial ekonomi dan kehidupan sosial di antara negara-negara Asia,” ujarnya.
“Hubungan yang baik ini diharapkan mampu menggerakkan negara-negara di Asia termasuk Indonesia yang sedang berusaha keras mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,7 persen,” imbuhnya.
Di tempat yang sama Chairman of WCES Tan Sri Dato Michael Yeoh mengungkapkan bahwa penghargaan Benevolence adalah apresiasi bagi Wapres JK, pemimpin non-China, atas kontribusinya terhadap penyelesaian konflik dan upaya perdamaian di kawasan ASEAN.
Selain itu CEO-Founder WCES Tan Sri Lee Kim Yew mengatakan penghargaan Spesial Benevolence diberikan kepada tokoh yang dianggap bijaksana dalam memberikan solusi dan menciptakan harmonisasi di masyarakat.
“Penghargaan ini diciptakan untuk orang bukan Tionghoa, namun mencerminkan kebijaksanaan dari filosofi yang diajarkan oleh Confusius dan melakukan hal-hal baik kepada komunitas,” katanya.
Di tempat terpisah, Din Syamsuddin yang pernah menerima penghargaan dari WCES tahun 2014 dalam bidang agama dan pengembangan budaya, mengatakan penghargaan Spesial Benevolence merupakan yang tertinggi diberikan WCES. “Special Benevolence diberikan pada tokoh-tokoh dunia yang dianggap berjasa untuk mendekatkan dunia dengan etnis Tionghoa,” katanya.
Din juga mengharapkan pada perhelatan WCES November 2018 mendatang JK dapat hadir dan memberikan keynote speech.
“WCES merupakan event besar dan dihadiri para tokoh diaspora Tionghoa dan membicarakan isu besar terutama dalam tema prakarsa ‘One Belt, One Road’ yang menjadi acuan dari pengembangan ekonomi China,” katanya.
Tampak hadir Menteri Pedagangan Enggartiasto Lukita, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong. (kn)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *