JAKARTA — Laba bersih PT Pertamina (Persero)selama sembilan bulan pertama tahun ini telah turun sebesar 29,6%. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya beban usaha perusahaan akibat kenaikkan harga bahan baku.
Sejak awal tahun hingga September 2017, laba bersih Pertamina hanya US$ 1,99 miliar. Angka itu lebih rendah dari perolehan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 2,83 miliar.
Padahal pendapatan Pertamina hingga kuartal III tahun 2017 meningkat dibandingkan tahun lalu. Pendapatan perusahaan pelat merah ini bisa mencapai US$ 31,38 miliar dari sebelumnya US$ 26,62 miliar.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Puyuono menilai Ada Ketidak Beresan Di Tubuh Pertamina yang menyebabkan laba bersih Pertamina anjlok. “Ini merupakan catatan kinerja Pertamina yang buruk selama di piloti oleh Elya Massamanik ,karena itu Presiden Joko Widodo harus meminta Menteri BUMN untuk mengevaluasi kinerja Direksi Pertamina yang tidak mampu menaikan laba bersih Pertamina pada tahun 2017,”ujarnya di Jakarta hari ini.
Padahal, lanjut dia, perusahaan-perusahaan minyak dan gas bumi di negara-negara lain masih berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih seiring naiknya harga minyak dunia.
Shell misalnya berhasil mengantongi laba bersih sebesar US$ 4,1 miliar di kuartal III-2017. Angka itu naik dari catatan di kuartal yang sama di tahun sebelumnya sebesar US$ 2,7 miliar.
Lalu perusahaan pemilik SPBU Petronas, Petroliam Nasional Bhd juga berhasil mengantongi laba setelah pajak sebesar 10 miliar ringgit di kuartal III-2017, naik 64% dari kuartal yang sama di 2016 sebesar 6,1 miliar ringgit. Sedangkan pendapatan naik 14% menjadi 53,7 miliar ringgit.
Sepertinya ketidak beresan terjadi salah satunya akibat penempatan jajaran pejabat manajemen yang lebih berbasis primodialisme berdasarakan suku dibandingkan berdasarkan Kompetensi dalam penempatannya
“Sebab sangat aneh disaat NOC negara lain menikmati kenaikan laba bersih justru Pertamina terus melorot laba bersihnya,”tegasnya.
Kondisi terbalik justru dialami Pertamina yang meski sepanjang 2017 berhasil mengantongi pendapatan sebesar US$ 42,86 miliar atau naik 17% dari 2016. Namun perolehan laba bersih perseroan turun dari US$ 3,15 miliar di 2016 menjadi US$ 2,4 miliar di 2017 atau Rp 36,4 triliun (kurs Rp 13.500).
Menurut Arief, Alasan tentang belum adanya penyesuaian harga untuk BBM bersubsidi seperti Premium dan Solar tidak bisa jadi sebuah alasan. sebab BBM premium Dan Solar hasil dari impor saat ini dijual dengan harga yang jauh lebih mahal di luar negeri
“Jadi ini pasti Ada ketidakberesan dalam Hal trading Pertamina untuk import Premium Dan Solar ,patut diduga Ada kelompok Mafia Migas yang masih terus mengerogoti Pertamina,”tuturnya.
Direksi Pertamina harus berani melawan Dan menolak para mafia impor Dan mafia broker impor minyak. “Aneh dulu beli minyak dari Petral justru laba Pertamina Naik ,kok justru sekarang yang katanya beli langsung kok malah laba Pertamina Turun,”tegas Arief.
Karena itu Arief mendesak segera dilakukan pe rombak an Direksi Pertamina dengan orang orang yang mumpuni agar kinerja Pertamina meningkat.
“Dulu sudah Saya perkirakan pasti Elia Massamanik tidak Akan mampu menahkodai Pertamina Wong di PTPN saja PTPN rugi,”tutupnya. (ACB)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *