JAKARTA — Berbagai perkembangan global yang kurang menguntungkan pada akhir-akhir ini perlu segera diwaspadai dan diantisipasi agar perekonomian Indonesia bisa terhindar dari dampak negatifnya.
Berbagai kebijakan sejumlah negara membuat sistem perdagangan global tengah terancam dan risiko di sektor keuangan meninggi.
Menghadapi tantangan tersebut sejumlah fakultas ekonomi, lembaga riset dan ekonom membentuk wadah (platform) untuk riset independen dalam rangka memberi dukungan terhadap otoritas kebijakan dan pelaku ekonomi dalam menghadapi semakin tingginya risiko perekonomian Indonesia dalam menghadapi situasi global ke depan.
Wadah yang diberi nama Indonesia Bureau of Economic Research (IBER) akan menjadi wadah untuk jaringan ekonom yang melakukan berbagai riset dan kajian strategis untuk mendukung kebijakan publik Indonesia ke depan yang kian penuh tantangan.
Anggota Dewan IBER Mari Pangestu mengatakan, perkembangan ekonomi global yang stabil selama ini telah memberikan dampak positif terhadap perekonomian dunia dan perekonomian negara sedang berkembang seperti Indonesia.
“Sebagian besar kemakmuran yang dicapai Indonesia hari ini tidak terlepas dari tatanan global yang stabil, terbuka yang berbasis kebijakan dan aturan main yang memberikan kepastian. Sekarang, kepastian itu semakin berkurang dibandingkan sebelumnya dan perlu di respons dengan memperkuat kerjasasama regional, dan juga diperlukan kebijakan yang terarah untuk mengatasi masalah ketimpangan yang telah terjadi,” kata Mari dalam keterangan tertulisnya di Jakarta Senin (29/1/2018).
Di dukung oleh 13 perguruan tinggi dan institusi terpandang, IBER merupakan perwakilan jaringan para ekonom untuk membangun platform baru yang inovatif dalam analisis kebijakan publik.
“Wadah ini dimulai oleh 13 Fakultas Ekonomi di berbagai universitas dan lembaga penelitian, namun ditujukan untuk menjadi jaringan yang lebih luas untuk para ekonom, termasuk ekonom muda, yang berkeinginan melakukan riset yang indepen, bermutu dan relevan untuk kebijakan ekonomi,”imbuh Dekan FEB UI Ari Kuncoro.
IBER juga akan bermitra dengan Pemerintah antara lainKementerian Keuangan, Bappenas, Kementerian Perdagangan dan BPS.
Sementara Adam Triggs, ekonomi dari Brookings Institution mengungkapkan, dampak perkembangan global yang telah meningkat risiko sektor keuangan. Triggs mengatakan, sistem keuangan di negara Asia saat ini memang jauh lebih tangguh dibandingkan era 1990-an. Namun, lanjut dia, harga asetnya tinggi, spread risiko yang mengecil, sektor keuangan yang ketat serta perubahan kebijakan moneter, akan menguji ketangguhan tersebut.
Triggs mengingatkan, negara Asia mungkin akanmembutuhkan dukungan eksternal untuk pendanaan dan jaringan pengaman, seperti dukungan saat menghadapi krisis keuangan beberapa tahun lalu. Dalam kaitan ini, menurut dia, reformasi di lembaga IMF dan penguatan kerjasama regional akan menjadi sangat penting.
Mantan Menteri Keuangan , yang juga pengajar di FEBUniversitas Indonesia, Muhamad Chatib Basri mengatakan, menarik untuk menjadikan pengalaman menghadapi dampak Taper Tantrum yaitu ketika Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) mengurangi stimulus perekonomian pada 2014 yang berdampak pada stabilitas perekonomian Indonesia. “Beberapa alat kebijakan harus digunakan seperti moneter, fiskal dan makroprudensial” katanya.
Indonesia harus memperkuat penyangga kebijakan dan mendorong pertumbuhan produktivitas melalui investasi infrastruktur dan modal manusia dan memperbaiki tata kelola,” kata Chatib Basri. ( ACB)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *