JAKARTA — Untuk pertama kali dalam kurun 20 tahun tiga lembaga memberikan rating investasi ( investment grade) untuk Indonesia. Ketiganya adalah Standard & Poor’s (SP), Moody’s, dan Fitch. Saat menjadi keynote speech pada acara Bloomberg the Year Ahead di Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (6/12) pagi, Presiden Joko Widodo mengatakan, dalam kurun tiga tahun pemerintahannya atmosfer Indonesia membaik secara signifikan. Diukur dengan keadaan di satu tahun pemerintahan pada 2015, perubahan-perubahan terjadi pada internal maupun eksternal.
Dijelaskan, pada Mei tahun ini lembaga pemeringkat S&P memberikan “investment grade” kepada Indonesia. Menurut presiden, pemberian itu merupakan yang ketiga setelah investment grade oleh Moody’s dan Fitch.
Dalam sebulan pertama pemerintahannya di 2014, presiden memangkas subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga 80 persen. Kebijakan itu memicu ruang fiskal sebesar 20 miliar USD per tahun sehingga mampu meluncurkan program infrastruktur terbesar dalam sejarah Indonesia.
Menurut Presiden, pemerintah juga terus fokus melakukan upaya peningkatan yang konkret di berbagai komponen indeks kemudahan berusaha. Hasilnya, peringkat Indonesia naik dari 106 di tahun 2016 menjadi 72 di tahun 2018, atau naik 34 peringkat dalam dua tahun.
Karena itu, Presiden meyakini, dengan reformasi yang dilakukan serta peningkatan ekonomi, Indonesia telah memperoleh kembali kepercayaan publik. Ia menunjuk data, awal tahun ini, berdasarkan survei Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan Gallup World Poll (GWP), Indonesia memperoleh ranking pertama dari segi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
“Jadi buat yang baru saja menikah, ingat, jika satu tahun pernikahan tidak berjalan dengan baik, jangan panik. Bertahan saja dan di tahun ketiga akan jauh lebih baik,” ucap Presiden Jokowi yang disambut senyum pada peserta yang hadir pada acara tersebut.
Presiden juga menyampaikan peningkatan ekonomi regional di sektor pariwisata. Tahun ini jumlah wisatawan mancanegara tercatat naik 25 perse year on year, dan investasi di sektor pariwisata tercatat tumbuh 35 persen year on year.
“Peningkatan jumlah penduduk kelas menengah di China, India, dan negara lain di Asia Pasifik mengakibatkan ledakan jumlah wisatawan. Tapi ledakan jumlah wisatawan itu akan terlewatkan oleh Indonesia jika infrastrukturnya tidak siap,” terang Presiden.
Presiden menambahkan, guna mendukung sektor pariwisata, dua minggu lalu dirinya baru saja meresmikan beroperasinya Bandar Udara (Bandara) Silangit di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.
“Maskapai Garuda Indonesia terbang secara langsung dengan rute Singapura – Danau Toba. (Bandara di) Belitung dan Labuan Bajo juga akan segera diubah menjadi bandara internasional,” sambung kepala negara.
Ditambahkan presiden, ketika dilakukan perluasan Bandara di Manado, Sulawesi Utara, kemudian beberapa maskapai meluncurkan penerbangan langsung dari Manado ke Tiongkok, jumlah wisatawan dari negara tersebut ke Manado naik dari 12 ribu per tahun menjadi 12 ribu per bulan.
Selain sektor pariwisata, presiden juga mengungkapkan peningkatan yang cukup signifikan di sektor e-commmerce.
“Saat ini kita memiliki banyak ‘unicorn‘ di perusahaan start up e-commerce dengan nilai 1 miliar USD yang mengisi pasar domestik. Kita akan memiliki lebih banyak lagi di masa yang akan datang,” papar Presiden.
Dalam acara yang dihadiri oleh para CEO perusahaan nasional terkemuka itu, Presiden Jokowi didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala BKPM Thomas Lembong. (kn)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *