JAKARTA — Anggota DPR RI Maman Imanul Haq mengatakan, isu SARA akan muncul kembali menjelang Pilkada 2018 dan Pemilu serentak 2019, seperti pernah terjadi pada Pilkada DKI Jakarta terakhir.
Menanggapi sejumlah nama yang bermunculan dalam bursa calon wakil presiden untuk mendampingi Joko Widodo, Maman menilai lebih baik muncul calon muda ketimbang muncul isu SARA.
Berbicara dalam dialektika demokrasi ‘Menakar Cawapres Potensial 2019’ di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (9/11), Maman menuturkan bahwa munculnya nama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai Cawapres adalah karena dorongan relawan, bukan dari PKB.
“Karena relawan, jadi sifatnya partisipatif, terbuka, dan datangnya dari berbagai kalangan,” jelas politisi asal partai yang didirikan Gus Dur itu.
Nama lain yang muncul dalam bursa Cawapres untuk Jokowi, adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Menurut Ketua DPP Partai Demokrat Jansen, elektabilitas putera Susilo Bambang Yudhoyono itu terus meningkat.
“Kalau pada Maret 2017 mencapai 0,4 %, per Oktober tembus 14,3 %. Elektabilitas ini melampaui Cak Imin (1,1%), Gatot Nurmatyo, Anies Baswedan dan lain-lain, itu lembaga survei Pollmark,” paparnya.
Menurutnya, elektabilitas Jokowi ditentukan oleh Cawapres yang mendampinginya. Jansen memastikan, elektabilitas itu makin menanjak jika Jokowi memilih AHY sebagai pendamping.
Sementara pengamat politik SMRC Sirojuddin mengatakan, Jokowi dipastikan maju lagi dalam Pilpres 2019 jika elektabilitasnya terus menanjak. Sebaliknya dia mempertanyakan Prabowo Subianto yang selalu kalah dalam empat kali Pilpres.
“Maka pertanyaannya adalah, apakah Prabowo mau maju lagi atau tidak? Atau cukup sebagai king makers?” katanya.
Dibandingkan SBY saat dua tahun menjelang Pilpres 2017, menurut Sirojuddin elektabilitas Jokowi jauh lebih baik. “Tapi kita lihat pada Juni, Juli, dan Agustus 2018 nanti. Kalau elektabilitas Jokowi bertahan di 50 persen maka dia akan leluasa memilih Cawapres,” paparnya.
Dikatakannya, terdapat tiga kemungkinan yang dapat memengaruhi Jokowi menentukan pendamping. “Kalau isunya ancaman keamanan dari dalam dan luar negeri maka Cawapresnya sangat mungkin dari militer,” jelas Sirojuddin. Sebaliknya jika muncul isu keprihatinan ekonomi dapat dipastikan Jokowi memilih calon wakil yang berasal dari kalangan ekonomi.
Dia tidak membantah ucapan Maman Imanul Haq tentang kemungkinan isu SARA seperti yang terjadi pada Pilkada DKI Jakarta juga muncul menjelang Pilpres. Jika isu itu menguat, kemungkinan besar Jokowi akan memilih pasangan yang berasal dari kalangan Islam moderat.
Berdasarkan pemetaan terhadap para pemilih dalam Pilpres 2019, Sirojuddin memperkirakan muncul Cawapres dari kalangan muda. (kn)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *