ads_hari_koperasi_indonesia_74

IRESS: Pertamina Harus Bisa Kuasai 70 Persen Saham Blok Mahakam

IRESS: Pertamina Harus Bisa Kuasai 70 Persen Saham Blok Mahakam

Jakarta, hotfokus.com
Direktur Eksekutif Indonesia Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara mengatakan, bahwa Pertamina harus bisa menguasai 70 persen saham Blok Mahakam pada 1 Januari 2018 nanti. Pasalnya, dengan semakin besar saham yang dikuasai, maka makin besar pula potensi keuntungan yang akan diperoleh.

“Dengan berpindahnya peran operatorship kepada Pertamina dengan porsi saham yang besar, maka potensi BUMN kita untuk meraih untung lebih besar akan terbuka,” kata Marwan dalam keterangan persnya yang diterima Hotfokus.com di Jakarta, Rabu (01/11) pagi.

Sebagai ilustrasi, kata dia, selama kurang lebih 50 tahun mengurus minyak dan gas di Blok Mahakam, Total E&P Indonesie (TEPI) dan Inpex dengan dominasi 100% pengelolaan asing yang tidak menyertakan 1% pun saham BUMN telah menikmati keuntungan lebih dari US$ 40 miliar.

“Karena itu, menjadi tanda tanya besar bagi kita jika ada pejabat-pejabat pemerintah yang justru lebih senang membiarkan asing melanjutkan dominasi atau memperoleh untung besar di Blok Mahakam, dan tega menekan BUMN milik bangsa sendiri untuk mengurangi potensi keuntungan yang akan diraih,” ketusnya.

Ia juga meminta publik untuk mempelototi besarnya biaya yang akan dibayar oleh TEPI dan Inpex atas akuisisi saham Blok Mahakam, yang nilainya berbanding lurus dengan cadangan terbukti migas yang tersisa. “Rakyat patut pula waspada atas besarnya biaya yang akan dibayar oleh TEPI dan Inpex atas akuisisi saham Blok Mahakam,” katanya.

Menurut dia, makin besar cadangan terbukti tersebut, maka makin besar dana yang harus dibayar TEPI dan Inpex kepada Pertamina. “Masalahnya, selama ini besarnya nilai cadangan tersebut belum pernah dinyatakan oleh Kementrian ESDM secara resmi. Hal ini berpotensi untuk dimanipulasi dan membuka kemungkinan terjadinya korupsi,” bebernya.

SKK Migas, kata dia, memperkirakan pada 2017, sisa cadangan Blok Mahakam adalah 131 juta barel minyak dan 3,8 TCF gas (Katadata 6/1/2016). Sedangkan pakar migas Eddy Purwanto pernah mengatakan bahwa cadangan gas Blok Mahakam pada akhir 2017 masih sekitar 8 TCF dan dapat bertambah menjadi 10-12,5 TCF jika dilakukan eksplorasi lebih lanjut (Purwanto, 2011).

“Terlepas dari range cadangan terbukti yang cukup lebar itu, jika diasumsikan cadangan terbukti gas “hanya” 6 TCF dan minyak 100 juta barel, serta harga gas US$ 8/mmBtu dan minyak US$ 60/barel, maka nilai 100% cadangan Blok Mahakam adalah US$ 54 miliar,” ungkap Marwan.

Masih menurut Marwan, jika diasumsikan biaya/harga akuisisi cadangan terbukti adalah 15% terhadap harga pasar minyak dan gas (Ernst & Young, 2012), maka biaya akuisisi 100% saham Mahakam adalah 15% x US$ 54 miliar = US$ 8,1 miliar. “Seandainya TEPI dan Inpex ingin mengakuisisi 30% saham Mahakam, maka biaya yang harus dibayarkan kepada Pertamina, untuk akuisisi cadangan terbukti migas saja, adalah 30% x US$ 8,1 miliar = US$ 2,43 miliar,” tukasnya.

Padahal, lanjut dia, saat ini Blok Mahakam telah berproduksi dan memiliki sarana produksi bernilai miliaran US$. “Sarana produksi ini adalah milik negara yang diserahkan kepada Pertamina yang biaya investasinya telah dipulihkan (di-cost recovery) oleh negara/SKK Migas kepada TEPI dan Inpex,” kata dia.

Dalam hal ini, TEPI dan Inpex telah menikmati fasilitas cost recovery dengan skema depresiasi yang dipercepat. “Dengan demikian, nilai sarana produksi ini pun harus dihitung secara cermat oleh SKK Migas dan dibuka kepada publik, untuk kemudian harus dibayar oleh TEPI dan Inpex sesuai besar saham yang diakuisisi. Kami perkirakan nilai akuisisi sarana produksi yang harus dibayar kedua kontraktor minimal US$ 1 miliar,” demikian Marwan Batubara.(esz)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *