Jakarta, hotfokus.com
Perbedaan harga yang cukup menyolok antar BBM RON 88 Premium punya Pertamina dengan BBM RON 89 yang dijual SPBU baru milik PT Vivo Energy Indonesia mengundang pertanyaan. Ironisnya, hal yang menjadi pertanyaan publik seperti dibiarkan Pemerintah.
“Kenapa bisa harga BBM yang dijual Vivo lebih murah dari BBM yang dijual oleh Pertamina. Ini tentu mengundang pertanyaan mengapa Pemerintah menugaskan Pertamina menjual BBM lebih mahal dari harga swasta. Ada apa dengan pemerintah? Padahal SPBU Vivo diresmikan oleh pemerintah yaitu Menteri ESDM Jonan,” kata Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahean kepada wartawan di Jakarta, Senin (30/10).
Menurut dia, hanya ada dua langkah yang wajib dipilih oleh Pemerintah dalam menyikapi perbedaan harga ini. Pertama, Pemerintah melalui Menteri ESDM harus merevisi harga BBM RON 88 dan menurunkannya di bawah BBM RON 89 yang dijual Vivo. “Yang kedua, jika Pemerintah tidak mampu menurunkan harga BBM RON 88, maka lebih baik menugaskan SPBU Vivo untuk menyediakan dan menjual BBM Penugasan ke seluruh Indonesia karena ternyata lebih murah dari BBM Pertamina yang harganya ditetapkan Pemerintah,” paparnya.
“Jadi tidak ada opsi lain bagi pemerintah. Pilihannya adalah menurunkan harga BBM atau menugaskan Vivo untuk menyediakan dan menjual BBM PSO di seluruh Indonesia,” tambah dia.
Dan bagi Pertamina sendiri, jika memang penugasan pemerintah merugikan keuangan Perusahaan, pihaknya sarankan agar BUMN tersebut tidak usah mengikuti tender pengadaan dan penyediaan BBM PSO seluruh Indonesia. “Untuk apa Pertamina ikut tender kalau rugi? Biarkan saja Vivo yang suplay BBM PSO karena dengan harga lebih murah mereka tetap untung dan Rakyat tentu lebih senang dengan harga BBM lebih murah,” tukasnya.
Pihaknya juga mendukung agar Vivo segera membangun SPBU seluruh Indonesia termasuk di daerah terpencil agar rakyat bisa menikmati harga BBM lebih murah. Vivo, kata dia, harus masuk seluruh wilayah Indonesia, jangan hanya didaerah kota besar saha seperti Jakarta.
Yang pasti, lanjut dia, rakyat menunggu penjelasan pemerintah atas perbedaan harga yang cukup signifikan tersebut atau tugaskan saja Vivo yang jualan seluruh Indonesia.
“Tentu rakyat menunggu sikap pemerintah dalam hal ini. Ataukah memang pemerintah boros dan tidak efisien sehingga harga BBM RON 88 lebih mahal dari BBM RON 89 milik SPBU Vivo? Pemerintah harus terbuka dan transparan dengan perhitungan harga ini. Karena yang kita ketahui, Pertamina merasa dirugikan menjual BBM RON 88 sebagai BBM Penugasan atau yang sering disebut dengan istilah PSO atau Public Obligation Service,” jelasnya.
Ferdinand juga menyotori langkah yang diambil menteri ESDM, Ignasius Jonan yang bersidia meresmikan SPBU Vivo di Cilangkap Jakarta Timur beberapa waktu lalu. “Kesediaan Menteri ESDM sebagai Pejabat negara yang meresmikan dan merestui berdiri dan beroperasinya SPBU tersebut mengundang sedikit pertanyaan,” katanya.
“Kehadiran Menteri ESDM memang menjadi spesial dan khusus mengingat yang diresmikan hanya sebuah SPBU, sementara SPBU milik Pertamina di Papua yang melayani BBM 1 Harga hanya diresmikan seorang General Manager Pertamina,” tutup Ferdinand. (ral)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *