ads_hari_koperasi_indonesia_74

RI-Australia Jajaki Kerjasama Bea Masuk

RI-Australia Jajaki Kerjasama Bea Masuk

JAKARTA – Pemerintah Indonesia dan Australia menjajaki kerjasama penerapan bea masuk nol persen bagi tiga produk unggulan asal Negeri Kanguru. Sebaliknya Australia akan membebaskan bea masuk tiga produk unggulan asal Indonesia.

Tiga produk unggulan Australia yang ditawarkan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson, adalah susu (skim milk dan skim milk powder), lempeng tembaga murni (copper cathode), serta baja (hot rolled coil dan cold rolled coil).

Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto Australia menawarkan tiga produk unggulan Indonesia yakni tekstil, alas kaki, dan pakaian untuk masuk dengan bea nol persen ke negara anggota persemakmuran itu. Airlangga mengakui tawaran tersebut sebenarnya menjanjikan peluang besar bagi industri tekstil Indonesia. “Saat ini, Tiongkok dan Vietnam sudah dikenakan nol persen. Sedangkan ekspor produk tekstil Indonesia ke Amerika dan Eropa masih kena bea masuk 5-20 persen. Dengan pembebasan bea masuk ini, industri kita akan semakin kuat,” ujarnya di Jakarta, Kamis (12/10/2017).

Airlangga mengakui tawaran tersebut sebenarnya menjanjikan peluang besar bagi industri tekstil Indonesia. “Saat ini, Tiongkok dan Vietnam sudah dikenakan nol persen. Sedangkan ekspor produk tekstil Indonesia ke Amerika dan Eropa masih kena bea masuk 5-20 persen. Dengan pembebasan bea masuk ini, industri kita akan semakin kuat,” ujarnya.

Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Harjanto menambahkan Indonesia belum tentu menyetujui tawaran Australia. Perhitungan komprehensif perlu dilakukan lebih dahulu. Harjanto mengusulkan, Australia bisa menggunakan skema user specific duty free scheme. Artinya, preferensi tarif nol persen dapat diberikan jika ada investasi yang masuk. Dengan demikian, masih ada nilai tambah dan Indonesia bisa melakukan ekspor ke negara lain.

“Bahan baku (susu, tembaga dan baja) boleh saja dari mereka, tetapi investasi harus masuk sehingga ada transfer teknologi. Dengan begitu, walaupun Indonesia masih impor bahan baku, tapi bisa ekspor produk turunannya,” katanya. (kn)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *