Jakarta, HotFokus.com
Biaya konstruksi pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta dipastikan melonjak hingga Rp16,5 triliun. Hal itu didapat setelah PT MRT Jakarta dipastikan harus merubah standar ketahanan gempa terhadap 10 km jalur layang MRT dengan merubah struktur 600 tiang penyangga pada jalur layang tersebut.
“Jadi, waktu 2012 dilakukan tender menggunakan standar gempa 2002, kita tahu 2004 terjadi tsunami dan ternyata di 2013 ada standar gempa baru yang diberlakukan. Itu berdampak karena komponen yang harus dibangun menjadi lebih besar,” ujar Direktur Operasional dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Agung Wicaksono di Jakarta, Jumat (25/8).
Agung mengatakan, standar regulasi baru memerintahkan agat konstruksi harus dibuat lebih berkualitas, lebih tebal dan terdapat baja jenis tertentu yang tidak boleh berbeda, sehingga kebutuhannya lebih banyak. Hal itu kemudian yang menyebabkan ada tambahan kebutuhan investasi senilai Rp 2,5 triliun.
“Contohnya sepanjang 10 kilometer lintasan elevated (melayang) via deck ada 600 tiang, bayangkan saja 600 pilar perubahannya,” ungkapnya.
Agung juga mengungkapkan, bahwa hingga akhir Juli 2017 kemarin, dari total dana yang sudah dikontrakkan senilai Rp 12 triliun, saat ini sudah terserap sekitar Rp 5 triliun. Ia optimistis pada akhir semester II nanti seluruh dana yang telah dikontrakkan tersebut akan terserap habis.
Dia juga mengatakan, saat ini pihaknya tengah mempersiapkan untuk pengoperasian, meliputi kesiapan operasi, regulasi yang diperlukan termasuk pembangunan kawasan komersial.
Sebagai informasi saja, proyek MRT yang pembangunan fase 1 dimulai sejak 10 Oktober 2013, saat ini progresnya sudah 76,13 persen, dengan pengerjaan konstruksi layang sebesar 64,10 persen dan 88,26 persen untuk konstruksi stasiun bawah tanah dan konstruksi rel mencapai 38,54 persen.
Pada koridor 1 MRT sendiri telah terbangun jalur kereta sepanjang 16 kilometer (km) yang meliputi 10 km jalur layang dan 6 km jalur bawah tanah. Tujuh stasiun layang tersebut adalah Lebak Bulus (lokasi depo), Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja.
Depo MRT akan berada di kawasan stasiun Lebak Bulus. Sedangkan enam stasiun bawah tanah meliputi stasiun Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia.
Saat ini, proses konstruksi proyek MRT fase I telah memasuki tahap instalasi sistem jalan rel atau railway system, sistem persinyalan, dan telekomunikasi di dalamnya.
MRT Jakarta nantinya akan menggunakan sistem CBTC atau Communications-based Train Control dalam pengoperasiannya. Sistem persinyalan CBTC sendiri diklaim merupakan salah satu sistem yang termaju di dunia. (SNU)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *