ads_hari_koperasi_indonesia_74

Semester I/2017, Industri Non-migas Jadi Kontributor Utama Perekonomian RI

Semester I/2017, Industri Non-migas Jadi Kontributor Utama Perekonomian RI

Jakarta, HotFokus.com

Industri pengolahan non-migas memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional pada triwulan II tahun 2017 sebesar 17,94 persen. Kontribusi ini terbesar dibandingkan sektor lainnya, seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan sekitar 13,92 persen, konstruksi 10,11 persen, serta pertambangan dan penggalian 7,36 persen.

“Kami terus fokus untuk memacu kinerja industri pengolahan non-migas agar tetap mampu menjadi penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Senin (14/8).

Menurut Airlangga, tanggung jawab untuk menarik investasi dan penciptaan lapangan kerja di sektor industri juga berada di pundak Kementerian Perindustrian. “Dengan adanya investasi, maka terciptanya lapangan kerja baru, sehingga akan menambah daya beli dan konsumsi masyarakat. Oleh karenanya, industri menjadi penunjang dari target pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Untuk mencapai sasaran tersebut, salah satu langkah strategis dalam kebijakan prioritas industri nasional adalah pengembangan industri berbasis sumber daya alam melalui hilirisasi. “Pengembangannya mencakup industri hilir berbasis migas dan batubara, industri hilir berbasis agro, serta industri hilir berbasis mineral logam,” sebut Airlangga.

Kebijakan ini akan memberikan banyak manfaat, antara lain bagi penguatan struktur industri, penyebaran dan pemerataan industri, serta penghematan devisa dalam negeri yang disertai peningkatan devisa dari luar negeri. “Selain itu, peningkatan nilai tambah dalam negeri dan penyerapan tenaga kerja yang pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional,” lanjutnya.

Kebijakan lainnya, yaitu meningkatkan daya saing dan produktivitas industri padat karya berorientasi ekspor. Sektor ini meliputi industri alas kaki, industri pengolahan ikan dan rumput laut, industri aneka, industri furniture kayu dan rotan, serta dan industri kreatif.

Dari catatan yang dimiliki Kemenperin, dikatahii cabang industri pengolahan non-migas yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan II/2017 dicapai oleh industri logam sebesar 7,50 persen, industri kimia, farmasi dan obat tradisional 7,38 persen, serta industri makanan dan minuman 7,19 persen.

Sementara itu, kontribusi terbesar pada pembentukan PDB sektor industri pengolahan non-migas, diberikan oleh cabang industri makanan dan minuman sebesar 34,42 persen, diikuti industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik 10,38 persen, serta industri alat angkutan 9,95 persen.

Kemenperin juga telah aktif mendorong industri manufaktur agar tidak hanya membidik pasar domestik, tetapi juga harus menangkap peluang pangsa di luar negeri. “Kami berharap, daya beli masyarakat semakin meningkat. Pasalnya, volume industri saat ini terbantu dengan pasar ekspor,” tuturnya.

Pada semester I tahun 2017, ekspor industri pengolahan non-migas mencapai US$ 59,78 miliar atau naik 10,05 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar USD54,32 miliar. Ekspor industri pengolahan non-migas ini memberikan kontribusi sebesar 74,76 persen dari total ekspor nasional pada semester I/2017 yang mencapai US$ 79,96 miliar.(snu)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *