Oleh :
Sofyano zakaria
Ketika seorang Profesor ahli hukum negeri ini , Romly , tampil secara terbuka di media televisi , menduga ada keterkaitan Jokowi dalam kasus Pembelian Tanah Atau disebut masyarakat kasus RSSW , maka publik tidak merasa itu sebagai sebuah petir yang memecahkan gendang telinganya.
Publik sepertinya telah meyakini bahwa sebagai mantan wakil nya Jokowi semasa Jokowi gubernur DKI apapun yang ia kerja dan lakukan itu adalah bagian dari rencana kerja Jokowi ketika sebagai Gubernur DKI.
Karenanya ketika Prof Romly menyampaikan pendapat hukumnya tentang kasus RSSW rakyat kecil di negeri ini tidak menyambut pernyataan itu dengan keterkejutan luar biasa.
Publik pun sepertinya meyakini jikapun Jokowi bisa dibuktikan benar terkait dengan kasus RSSW maka itu tidak akan mengancam keberadaan Jokowi sebagai pemimpin di negeri ini.
Bisa saja apa yang dinyatakan Prof Romly tersebut benar dan bisa dia pertanggung jawabkan secara hukum , tapi bagi publik , Sebesar apapun kekeliruan yg dilakukan jokowi dan rezimnya jokowi , publik yakin jokowi tetap akan bertahan dalam posisinya sebagai Presiden RI sampai 2019 karena dia didukung dpr mpr tni polri dan parpol juga pendukungnya yg masih setia. Artinya , adalah sebuah mimpi jika berharap terbongkarnya kasus RSSW akan membuat jokowi “terjungkal” dari kursinya.
Perlawanan terhadap jokowi juga terhadap Ahok bahkan terhadap para koruptor di negeri ini yang jika ternyata lebih banyak disuarakan lewat “mencet” hape dan disuarakan di ruang tersekat peredam maka publik sangat yakin perjuangan itu nyaris nihil dari keberhasilan .
“Menumbangkan” Jokowi atau Ahok tanpa alas konstitusi yang “kuat” hanyalah sebatas harapan .
Publik nyaris meyakini untuk Melawan “kedzoliman” dan kesewenangan ahok yang sudah dilancarkan dengan berbagai cara saja sulit sampai mati (bukan cuma setengah mati).
Walau prof Romly telah bicara di ILC bahwa ada pelanggaran hukum dll pada kasus RSSW yang juga menduga secara terbuka melibatkan Jokowi , hal tersebut tidak serta merta dan tidak dijamin secara pasti membuat ahok bisa dipenjarakan.
Di-tersangka-kan mungkin iya , tapi kelak di pengadilan ternyata yg terjadi bahwa ahok sangat bisa akan dinyatakan tidak bersalah , dan ini akhirnya hanya akan menimbulkan “sakit hati”yg lebih dalam dan berkepanjangan.
Yg utama dalam fikiran masyarakat khususnya masyarakat Jakarta saat ini adalah meng-ganyang dan “meng-gantung” ahok dengan segala macam cara yg bisa membuat ahok masuk penjara .
Perlu persatuan masyarakat utk bersama merumuskan dan mencari celah hukum yg pasti yg bisa jadi bukti utk ahok jadi narapidana.
Ahok dengan kelompoknya sebagai orang yang dibidik untuk “dipenjarakan” tentu tidak akan menyerah begitu saja dan juga tidak akan menggantungkan nasibnya kepada mantan “boss nya” Jokowi , ketika ia sebagai wakil gubernur DKI Jakarta.
Publik di negeri ini sudah sangat yakin bahwa Ahok punya dukungan kuat dari kelompoknya untuk bisa “menyewa” puluhan bahkan ratusan doktor, profesor ahli hukum untuk mematahkan pendapat hukum Profesor Ramly bahkan juga hasil audit lembaga BPK-RI yang nyata nyata saat ini sudah “ditolak” oleh KPK.
Perlawanan Ahok terhadap kasus RSSW tentu akan dan tetap menjadi istimewa bagi ahok dan kelompoknya karena ini bukan sekedar perjuangan untuk membuktikan dirinya murni dari tuduhan korupsi tetapi ini menyangkut Kursi Empuk Gubernur DKI yang akan ia rebut kembali , yang ini merupakan “simbol” kejayaan bagi Ahok dan kelompoknya yang selama ini dinilai sebagai kelompok “minoritas” dan bahkan “nonpri”.
Ini pertarungan harga diri dan segala galanya yang tentu akan “dilakoni”nya dengan segala pertaruhan bahkan mungkin dengan jiwa sekalipun.
Nama dan keberadaan Ahok sudah kadung melekat dalam jiwa dan fikiran masyarakat negeri ini sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ruh Jokowi.
Malangnya , dengan status sosial masyarakat yang nyaris tergolong “memprihatinkan” maka apapun yang diperbuat ahok nyaris akan selalu diyakini publik telah mendapat restu atau setidaknya telah diketahui Jokowi.
Padahal sejatinya Jokowi bukanlah Ahok , demikian sebaliknya. Mungkin saja ini juga “dimanfaatkan” oleh Ahok dan pendukung serta kelompoknya.
Rakyat kecil di negeri ini sudah kadung benci dan terus bersuara memerangi korupsi.
Wong cilik negeri ini pun sudah kadung meyakini Penguasa dan pengusaha yang korup dinegeri ini bisa “memainkan” kekuasaan dan kekuatan untuk membuat hukum berpihak melindungi kepentingan mereka.
Karena itulah , jokowi harus tampil , muncul ditengah “badai” kegamangan publik terhadap penegakan hukum memberanyas korupsi , untuk terjun nyata menyingkirkan penyebab “badai” agar badai itu menjauh dari dirinya dan mampu menyelamatkan kepercayaan yang pernah diberikan rakyat negeri ini ketika ia dipilih rakyat baik sebagai Gubernur DKI bahkan juga sebagai Presiden negeri ini.
Jokowi dan rezimnya harus menyadari ini dan perlu diingatkan oleh mereka yang masih peduli dengan Jokowi untuk segera menyadari bahwa ahok adalah badai yang bisa “menggerus” kepercayaan publik terhadap diri dan kepemimpinannya .
Jokowi harus menyadari bahwa mantan wakil nya ketika ia menjadi Gubernur yang sekarang menduduki kursinya itu , dialah yg mungkin telah lakukan “bujukan ular” khususnya dalam kasus rssw dan mungkin juga reklamasi yang bisa membuat noda hitam bagi Jokowi.
Ahok bisa jadi adalah nila yg setitik yg membuat rusaknya susu sebelanga. Nila setitik itu hakekatnya adalah musuh kita bersama karena nila itu bisa menghancurkan kebersamaan dan persatuan kita selama ini.
Sumber image : www.kompasiana.com
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *