Jakarta, hotfokus.com
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui revitalisasi kualitas pendidikan vokasi terus dipacu pemerintah sesuai dengan Roadmap Kebijakan Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Pelatihan Vokasi 2017-2025.
Kali ini, pemerintah pusat menggandeng pemerintah daerah untuk merumuskan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk sektor agribisnis dengan empat kompetensi, yakni Kopi, Teh, Sawit, dan Kakao.
“Workshop kali ini kita fokuskan pada penyusunan kurikulum SMK untuk sektor agribisnis sebagai salah satu dari 6 sektor prioritas dalam roadmap. Tidak hanya itu, kami juga fokuskan workshop kali ini untuk penyusunan kurikulum pelatihan BLK untuk jurusan kopi,” ungkap Deputi Bidang
Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UMKM Kemenko Perekonomian Rudy Salahuddin dalam pernyataannya, Jumat (15/03).
Workshop ini merupakan workshop kedua dalam rangkaian kegiatan pilot project revitalisasi SMK dan BLK dengan melibatkan Pemerintah Daerah secara aktif. Workshop pertama untuk sektor pariwisata telah dilakukan pada 19 Februari 2019 di Surabaya, Jawa Timur, yang berfokus pada 3 (tiga) kompetensi, yakni fashion, usaha perjalanan wisata, dan kuliner. Pada workshop tersebut telah dilakukan penyusunan kurikulum dan modul Training of Trainers (ToT) yang melibatkan seluruh stakeholder, seperti Industri mitra, SMK, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Adapun, workshop untuk empat sektor prioritas lainnya, yakni manufaktur, tenaga kesehatan, ekonomi digital, dan pekerja migran, akan dilakukan secara intensif hingga akhir Maret 2019.
“Pasca workshop selesai, Pemerintah akan mengadakan ToT bagi para guru di SMK dan instruktur di BLK dan dilanjutkan dengan mempersiapkan penerimaan siswa baru. Dengan demikian dalam tahun ajaran baru tahun 2019, kurikulum yang telah kita susun dapat dijalankan,” tambah Rudy.
Penyusunan kurikulum SMK ini dipilih pemerintah untuk menjadi fokus utama dalam menindaklanjuti roadmap revitalisasi vokasi. Melalui kerja sama dengan para stakeholder, aspek ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan industri dan sesuai dengan tantangan global sekaligus meningkatkan kualitas guru, pelatih, ataupun instruktur dari industri. (SA)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *