ads_hari_koperasi_indonesia_74

Pengurangan Emisi Secara Cepat Bisa Hindari Bencana Iklim

Pengurangan Emisi Secara Cepat Bisa Hindari Bencana Iklim

Jakarta, Hotfokus.com

Dalam perjanjian paris tahun 2015 terdapat dua target yang berbeda untuk mereduksi secara sigifikan dampak perubahan iklim. Pertama, membatasi suhu rata-rata global dibawah 2 derajat celsius dibandingkan masa pra industri.

Kedua, membatasi kenaikan suhu rata-rata global 1.5 derajat celsius dibandingkan masa pra industri. Target yang terakhir merupakan tuntutan dari gerakan masyarakat sipil yang menginginkan keadilan iklim, suhu bumi tidak bisa dibiarkan melewati ambang batas 1.5 derajat celsius.

Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim atau The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang terbit pada 8 Senin Oktober 2018 juga memperkuat argumentasi tersebut. Laporan IPCC menyatakan bahwa pemanasan global akibat aktifitas manusia telah mencapai sekitar 1 derajat celsius pada tahun 2017 dibandingkan masa pra-industri dan terus meningkat sekitar 0.2 derajat celsius setiap sepuluh tahun. Jika emisi global terus meningkat dengan kecepatan seperti sekarang, pemanasan global akan melewati batas 1.5 derajat celsius antara tahun 2030 sampai 2052.

Naiknya suhu hingga 1.5 derajat celsius akan mengakibatkan dampak yang tidak dapat dihindari terutama bagi keberlangsungan hidup manusia dan spesies lain yang ada di bumi serta memperkecil kesempatan untuk melakukan adaptasi. Dampaknya akan semakin buruk bagi pulau-pulau kecil, negara-negara tropis dan subtropis di belahan bumi selatan termasuk Indonesia.

Laporan IPCC juga membandingkan dampak yang disebabkan akibat kenaikan suhu global 1.5 derajat celcius dan 2 derajat celsius. Ditunjukkan dalam laporan tersebut bahwa jika kita membatasi peningkatan suhu global hingga 1.5 derajat celsius dibandingkan dengan 2 derajat celsius maka akan dapat mengurangi separuh jumlah orang yang menderita karena kelangkaan air dan secara signifikan mengurangi risiko terjadinya cuaca ekstrim termasuk kekeringan dan kebakaran hutan, kelaparan, penyakit  dan kematian akibat suhu ekstrim serta kerusakan keanekaragaman hayati dan ekosistem.

Pemindahan hingga 10 juta orang karena naiknya permukaan laut juga bisa dihindari jika kita mampu menjaga suhu bumi tidak melewati batas 1.5 derajat celsius.

Untuk menahan suhu bumi tidak melebihi 1.5 derajat celcius diperlukan langkah drastis dan cepat untuk penurunan emisi sebesar 45% di tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 2010 untuk kemudian emisi global harus berada pada posisi 0% pada tahun 2050.

“Laporan IPCC tersebut menunjukkan bahwa perubahan iklim telah mencapai kondisi darurat. Perbedaan suhu 0.5 derajat celsius saja bisa berakibat pada keselamatan puluhan juta orang di dunia dan musnahnya ekosistem,” kata Yuyun Harmono, Manajer Kampanye Keadilan Iklim WALHI dalam keterangannya, di Jakarta, Kamis (11/10).

Menutnya, dibutuhkan langkah drastis dan cepat dari semua negara termasuk Indonesia untuk menurunkan emisi di sektor energi, hutan dan lahan, industri dan transportasi. “Indonesia juga harus segera menghentikan tergantungan pada energi fosil terutama batubara, mempercepat transisi energi bersih yang berkeadilan serta menghentikan deforestasi dan konversi  lahan gambut,” kata dia.

Sektor kehutanan dan lahan serta energi selama ini menjadi kontributor utama emisi Indonesia, kedua sektor tersebut menyebabkan kurang lebih 80% dari total emisi. Namun, arah perencanaan dan pembangunan sektor energi masih bertumpu pada energi kotor batubara, minyak dan gas.

Produksi tambang batubara justru mengalami peningkatan produksi dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu proyek listrik 35 GW juga masih mengandalkan pembangunan PLTU batubara hingga tahun 2027. Sektor transportasi belum ada kerangka jalan mengurangi dan mencari altenatif penggunaan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan dan berkeadilan.

Laporan IPCC bisa mendorong perencanaan jangka panjang dan menengah yang sedang  disusun oleh pemerintah dengan memperhatikan kondisi perubahan iklim global. (Fyan)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *