Jakarta, hotfokus.com
Tiga gempa besar mengguncang Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) sore. Berdasarkan data di situs BMKG, gempa pertama terjadi pukul 17.02 WIB, dengan kekuatan 7,7 SR. Gempa dengan kedalaman 10 km itu terjadi di 27 km Timur Laut Donggala, Sulteng.
Gempa kedua terjadi pukul 17.14 WIB, dengan kekuatan 6,1 SR, berlokasi di 58 km Timur Laut Donggala, Sulteng. Gempa terakhir terjadi pukul 17.25 WIB, dengan kekuatan 5,9 SR, berlokasi di 12 km tenggara Palu, Sulteng.
Gempa terus telah mengakibatkan tsunami setinggi 3 meter. Pusat gempa terjadi di kedalaman 10 Km dan mengakibatkan 58 gempa susulan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan gempa tersebut mengakibat tsunami dengan ketinggian maksimal 3 meter dan ketinggian air permukaan laut 1,5 meter.
“Gempa yang dirasakan sampai wilayah Kalimantan dan membuat air laut surut sebelum menimbulkan tsunami,” tutur Dwi dalam keterangan persnya di Jakarta (28/10).
Ia menyatakan hingga saat ini masih kehilangan kontak dengan masyarakat di Donggala, Sulawesi Tengah sehingga belum bisa mengetahui pasti kondisi terkini di daerah itu. “Kami kehilangan kontak dengan Donggala sejak pukul 14.00 WIB dan sampai sekarang belum berhasil,” katanya.
Menurut Dwikorita, sebelum gempa bumi dengan magnitudo 7,4 SR setelah dimutakhirkan dari sebelumnya 7,7 SR, pada pukul 14.00 WIB telah terjadi gempa awal berkekuatan 5,9 SR.
Sejak gempa awal tersebut, menurut dia, BMKG telah berupaya mengirim tim karena di Donggala tidak ada Stasiun BMKG. Kendati demikian, tim yang dikirim tidak berhasil masuk wilayah itu. “Tim kami tidak berhasil masuk karena memang dilaporkan ada kerusakan,” kata dia.
Karena tim tidak berhasil masuk, kemudian BMKG meminta bantuan TNI dan Basarnas menuju Donggala. Hingga saat ini, menurut dia, hanya mendapatkan sepenggal dari TNI dan Basarnas melalui aplikasi whatsapp (WA).
“Kami ada WA grup dengan TNI. Dari sini memang terlihat ada kerusakan bahkan di sana diinformasikan bandara (Donggala) towernya roboh,” kata dia.
Sementara tsunami tersebut merusak sejumlah bangunan dan rumah ibadah yang ada di pesisir Kota Palu. Tsunami yang terjadi mengagetkan warga pesisir Kota Palu karena terjangan air naik hingga 200 meter naik ke daratan.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan, gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Donggala, Kabupaten Sulawesi Tengah (Sulteng), disebabkan aktivitas sesar aktif pada zona sesar Palu-Koro yang berarah baratlaut–tenggara. Hal ini berdasarkan pada posisi dan kedalaman pusat gempa.
Kepala PVMBG Kasbani mengatakan, episenter gempa bumi tersebut terletak pada koordinat 119, 850 BT; 0,180 LS, dan kedalaman 10 kilometer (km) yang diawali dengan kejadian gempa bumi awal dan diikuti oleh serangkaian kejadian gempa bumi susulan.
Kondisi geologi daerah terkena gempa bumi, kata Kasbani, guncangan gempa bumi melanda daerah Kabupaten Donggala, umumnya disusun oleh batuan berumur pra Tersier, Tersier dan Kuarter. Batuan berumur pra-Tersier dan Tersier tersebut sebagian telah mengalami pelapukan.
Batuan berumur pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan dan endapan Kuarter tersebutumumnya bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated). “Kondisi geologi seperti ini bersifat memperkuat efek goncangan gempabumi, sehingga rawan terhadap goncangan gempabumi,” kata Kasbani dalam rilis tertulis PVMBG, Jumat (28/9).
PVMBG, tutur Kasbani, merekomendasikan, masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempabumi dan tsunami.
“Masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempabumi susulan, yang energinya lebih kecil dari kejadian gempa bumi utama. PVMBG segera memberangkatkan Tim Tanggap Darurat (TTD) Badan Geologi (BG) ke lokasi bencana,” tandas Kasbani.(hel)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *