Jakarta, hotfokus.com
Sepanjang 2017, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (IDX : GIAA) berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 61.9 juta pada Kuartal 3-2017 dimana angka tersebut naik 216.1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury, pada semester 2-2017 Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih hingga US$ 70.4 juta yang merupakan hasil akumulasi laba bersih di kuartal 3-2017 sebesar US$ 61.9 juta dan laba bersih di kuartal 4-2017 sebesar US$ 8.5 juta.
“Capaian tersebut tentunya juga sejalan dengan upaya perusahaan dalam menekan catatan kerugian (net loss) hingga menjadi rugi US$ 67.6 juta pada kinerja full year 2017 atau berkurang cukup signifikan dari tekanan kerugian di semester 1-2017,” ungkapnya di Jakarta, Senin (26/2/2018).
“Perseroan juga berhasil menekan catatan kerugian dari Kuartal 1 -2017 yang tercatat rugi sebesar US$ 99.1 juta berkurang menjadi rugi sebesar US$ 38.9 pada Kuartal 2-2017,” tambah Pahala.
Lebih jauh ia mengatakan, sepanjang tahun 2017, Garuda Indonesia Group berhasil mengangkut sebanyak 36.2 juta penumpang yang terdiri dari 24 juta penumpang Garuda Indonesia sebagai mainbrand dan 12.3 juta penumpang Citilink. Jumlah tersebut meningkat 3.5 persen dibandingkan tahun 2016 sebesar 35 juta penumpang.
“Selama tahun 2017, GIAA juga turut mencatatkan peningkatan tren pertumbuhan trafik penumpang internasional sebesar 8.1 persen. Garuda Indonesia melalui anak usaha Citilink berhasil mencatatkan pertumbuhan penumpang sebesar 10.8 persen,” tukasnya.
“Melalui lini usaha kargo udara, GIAA berhasil mengangkut 446.8 ribu ton angkutan kargo, meningkat sebesar 7.4 persen dibandingkan tahun 2016 dengan pendapatankargo Garuda Indonesia yang meningkat sebesar 8.2 persen menjadi US$ 237.1 juta di tahun 2017,” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan, bahwa pihaknya juga berhasil membukukan pendapatan operasi sebesar US$ 4.2 miliar sepanjang tahun 2017 atau meningkat 8.1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 3.9 miliar. “Selain itu GIAA juga mencatatkan tingkat keterisian penumpang (seat load factor) sebesar 74.7 persen dengan tingkat ketepatan waktu (On Time Performance – OTP) sebesar 86.4 persen,” katanya.
Ia menambahkan, elain berhasil meningkatkan pertumbuhan positif pada pendapatan operasional perusahaan, GIAA juga berhasil mempertahankan capaian standarisasi layanan bintang 5 dari Skytrax sejak tahun 2014.
“Tren pertumbuhan pendapatan operasional tersebut salah satunya ditopang oleh pertumbuhan pendapatan operasional pada lini layanan penerbangan tidak berjadwal yang meningkat sebesar 56.9 persen atau menjadi sebesar US$ 301.5 juta,” tukasnya.
“Selain itu sektor pendapatan lainnya (pendapatan di luar bisnis penerbangan & subsidiaries revenue) turut meningkat sebesar 20.9 persen dengan pembukuan pendapatan sebesar US$ 473.8 juta,” tambah dia.
Sebagai informasi saja, saat ini Garuda Indonesia Group mengoperasikan total 202 pesawat, dengan rata-rata usia pesawat 5 tahun. Garuda Indonesia mengoperasikan sebanyak 144 pesawat. Adapun saat ini Citilink mengoperasikan sebanyak 58 armada pesawat. (RAL)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *