Jakarta, hotfokus.com
Ada kabar kurang sedap datang dari sektor perdagangan Indonesia. Neraca dagang RI tercatat mengalami penurunan tajam pada April 2025 hingga mencatat surplus terendah sejak tahun 2020. Apa penyebabnya? Rupanya, bukan hanya faktor global, tetapi juga persoalan domestik seperti libur panjang yang menghambat aktivitas ekspor.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan, anjloknya surplus neraca perdagangan pada bulan April memang tak terhindarkan. Salah satu faktor utamanya adalah panjangnya masa libur yang membuat aktivitas ekspor menjadi tertunda.
“April itu kan sempat turun ya dibanding Maret. Itu kenapa? Karena awal April itu kan masih libur. Liburnya panjang, jadi ekspornya tertunda. Kan banyak perusahaan juga libur,” ungkap Budi saat ditemui wartawan, dikutip Jumat (27/06/2025).
Namun bukan hanya libur panjang yang menjadi biang keladi. Budi menjelaskan, ketidakpastian global, khususnya kebijakan tarif yang diterapkan Presiden AS Donald Trump, turut memengaruhi alur ekspor dan impor Indonesia. Para pelaku usaha disebut banyak menunda pengiriman barang sambil menunggu kepastian kebijakan dagang internasional.
“Yang kedua, saat itu lagi ramainya tarif Trump. Jadi itu banyak yang menunda karena meminta kepastian,” lanjut Budi.
Kendati mengalami penurunan surplus pada April, Mendag Budi memastikan bahwa secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia masih tumbuh positif. Ia menyebutkan, dalam periode Januari hingga April 2025, surplus neraca dagang tercatat naik cukup signifikan.
“Belum ada pengaruh dengan situasi perang dan sebagainya. Ekspor kita tetap naik. Ini kalau Januari-April kan kita naik 6,65%,” tegas Budi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat surplus neraca perdagangan RI pada April 2025 hanya mencapai US$ 2,09 miliar, turun drastis dibanding Maret yang mencatat surplus US$ 4,59 miliar. Penurunan ini juga menjadi yang terendah sejak surplus April 2020 yang kala itu dihantam pandemi COVID-19.
Sejumlah pengamat ekonomi pun menilai, fenomena ini harus menjadi perhatian serius pemerintah agar tidak berlanjut ke bulan-bulan berikutnya. Meskipun masih mencatat surplus, tekanan dari faktor eksternal seperti kebijakan perdagangan negara mitra hingga fluktuasi harga komoditas global berpotensi menekan kinerja ekspor Indonesia ke depan.

Budi pun menegaskan komitmen pemerintah untuk menjaga stabilitas perdagangan. “Kami akan terus memantau situasi global dan memfasilitasi pelaku usaha supaya ekspor tetap berjalan lancar,” pungkasnya. (SA/GIT)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *