ads_hari_koperasi_indonesia_74

Ketahanan Pangan Nasional Jadi Jurus Diplomasi Strategis Indonesia

Ketahanan Pangan Nasional Jadi Jurus Diplomasi Strategis Indonesia

Jakarta, hotfokus.com

Ketahanan pangan nasional bukan lagi wacana idealistik, melainkan keharusan strategis. Di tengah ancaman krisis pangan global dan memanasnya geopolitik dunia, Indonesia tak punya banyak pilihan selain bergerak cepat dan terukur. Kebutuhan pangan adalah urusan hidup-mati sebuah bangsa.

Langkah Kementerian Pertanian RI membentuk Satuan Tugas Bantuan Kendali Operasi Ketahanan Pangan (Satgas BKO Han Pangan) jadi sinyal tegas bahwa negara tak mau tinggal diam. Penunjukan Mayjen TNI Ahmad Rizal Ramdhani sebagai Komandan Satgas menandai keseriusan pemerintah: urusan pangan bukan cuma soal pertanian, tapi soal strategi nasional dan diplomasi global.

Target Swasembada Bukan Sekadar Mimpi

Mayjen Rizal Ramdhani menyampaikan bahwa Indonesia punya semua modal untuk menjadi lumbung pangan dunia. Dari sisi sumber daya, negeri ini diberkahi tanah subur, curah hujan tinggi, dan bonus demografi. Kini tinggal bagaimana seluruh elemen bangsa bisa bersinergi maksimal.

“Indonesia harus swasembada pangan secepatnya, bukan cuma agar mandiri, tapi supaya kita punya posisi tawar di panggung internasional. Ini bukan mimpi kosong,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (13/6/2025).

Menurutnya, saat ini saatnya seluruh elemen bangsa bergerak bersama: pemerintah, TNI, petani, pengusaha, hingga akademisi. “Di balik setiap bulir padi yang dipanen, tersimpan harapan dan martabat bangsa kita,” tambahnya.

Sinergi Negara dan Rakyat Jadi Kunci

Satgas Ketahanan Pangan hadir bukan untuk menggantikan peran petani, tapi untuk mempercepat dan memperkuat. TNI dilibatkan agar proses pembukaan lahan, distribusi logistik, dan efisiensi operasional bisa berjalan optimal.

“Kami sudah lakukan panen awal dan hasilnya cukup baik. Itu sudah ada bukti otentiknya,” kata Mayjen Rizal, menandai keberhasilan tahap pertama.

Namun ia menekankan, produksi bukan satu-satunya indikator keberhasilan. Ketahanan pangan sejati menyentuh empat aspek: ketersediaan, keterjangkauan, keberlanjutan, dan keadilan.

Tantangan Nyata: Harga Pangan dan Kesejahteraan Petani

“Tidak boleh lagi ada ironi di negeri agraris—petani panen tapi tetap miskin, pangan tersedia tapi rakyat lapar,” tegasnya.

Karena itu, ia mendorong modernisasi pertanian berbasis teknologi dan data. “Swasembada pangan butuh sistem. Perguruan tinggi, litbang, dan industri harus jadi bagian ekosistem ini. Kita perlu lompatan, bukan tambalan,” tambahnya.

Diplomasi Pangan Indonesia di Mata Dunia

Indonesia tak hanya harus mandiri secara pangan, tapi juga bisa menjadi pemain global. Saat negara-negara besar mulai berebut suplai pangan, Indonesia bisa hadir sebagai solusi.

“Dunia sedang mencari pusat produksi pangan yang kompeten, modern, dan ramah lingkungan. Kalau dikelola dengan benar, ini momentum kita untuk unjuk gigi di kancah diplomasi internasional,” kata Mayjen Rizal menutup.

Dengan pendekatan strategis, kolaborasi lintas sektor, dan keberanian membuat terobosan, ketahanan pangan bisa jadi senjata lunak Indonesia dalam meraih pengaruh global. Bukan cuma tentang panen, tapi juga tentang peradaban.(*)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *