Jakarta, hotfokus.com
Pesanan baru pada Mei masih melesu hingga Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia ikut terkontraksi atau terkulai di level 47,4.
“Hasil survei menunjukkan terjadi penurunan terhadap pesanan baru pada bulan Mei,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian, (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arief, dalam keterangannya Senin (2/6/2025).
Ia menjelaskan menurunnya pesanan baru ini, terkait dengan lesunya permintaan pasar serta sulitnya menembus pasar ekspor terutama Amerika Serikat (AS) karena dampak kebijakan tarif Trump.
Selain kebijakan tarif, Febri mengaku juga ada kendala dalam pengiriman ekspor. Selain sulit mendapat kapal pengangkut logistik, juga pengaruh cuaca buruk.
Bahkan bukan hanya itu, kinerja industri manufaktur juga melambat, karena volume produksi anjlok, akibat naiknya harga bahan baku. “Ini yang membuat industri kita tidak berdaya saing dengan kompetitor, karena harga jual dari kompetitor tak naik,” tambahnya.
Ia menegaskan kontraksinya PMI manufaktur tak hanya dialami Indonesia, tapi juga negara lain seperti PMI manufaktur Vietnam (49,8), Prancis (49,5), Jepang (49,0), Jerman (48,8), Taiwan (48,6), Korea Selatan (47,7), Myanmar (47,6) dan Inggris (45,1).
Meski masih terjadi kontraksi, ia mengungkap S&P Global melaporkan para pelaku industri masih percaya diri. Mereka menilai kondisi ini akan berlalu secepatnya dan kinerja industri kembali bertumbuh.

“Kepercayaan diri para pelaku industri ini terlihat dari upaya mereka yang masih berkomitmen untuk menambah jumlah tenaga kerja. Ini telah terjadi selama enam bulan belakangan untuk menyiapkan kondisi permintaan yang akan kembali pulih,” katanya. (bi)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *