Jakarta, Hotfokus.com
Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop dan UKM) menegaskan akan terus berupaya memberikan dukungan dan kemudahan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) naik kelas. Hal itu dibutuhkan agar di tahun 2020 mendatang sektor UMKM bisa memberikan dorongan yang lebih kuat terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hal itu disampaikan oleh Daniel Asnur selaku Sekretaris Deputi Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM dalam Focus Group Discusion (FGD) bertemakan Prospek Perekonomian 2020, Tantangan dan Peluang bagi UMKM di kantornya, Jakarta, Kamis (5/12). Dijelaskannya bahwa saat ini sektor UMKM mampu memberikan kontribusi terhadap product domestic bruto (PDB) hingga 60,34 persen. Dari sisi lapangan kerja sektor ini juga mencapai 99 persen. Adapun total ekspor mencapai 14,17 persen dan investasi 58,18 persen.
“Kita dorong agar pelaku UMKM kelas menengah untuk bisa ekspor, yang kecil kita upayakan juga ke arah ekspor. Kita ketahui bahwa UMKM kita paling banyak di sektor perdagangan,” kata Daniel.
Dengan kontribusi yang sangat besar tersebut, sudah seharusnya pemerintah memberikan total solution terhadap seluruh persoalan yang kerap dihadapi oleh pelaku UMKM. Seperti pembiayaan, pengembangan SDM hingga keterbatasan pemasaran. Dijelaskan Daniel bahwa Kemenkop dan UKM sudah merumuskan beberapa strategi penyelesaian masalah UMKM yang meliputi semua aspek.
Setidaknya ada 6 strategi yang akan ditempuhnya untuk mendorong UKM go global yaitu Pertama, Kemenkop dan UKM komitmen untuk memberikan akses pasar yang lebih luas bagi UMKM sektor produksi atau jasa. Kedua adalah dengan memberikan dukungan pembiayaan ketika UMKM tidak dapat mengakses pembiayaan melalui perbankan. Ketiga, Kemenkop dan UKM juga menjamin akan terus memberikan kemudahan serta kesempatan berusaha.
Strategi keempat yaitu meningkatkan daya siang produk UMKM dengan mendorong UMKM memiliki standar kualitas mutu tertentu. Kelima, pengembangan kapasitas manajemen SDM pelaku UMKM dengan terus melakukan pendampingan baik secara online ataupun offline. Keenam, Kemenkop dan UKM akan terus bersinergi dengan Kementerian dan Lembaga terkait dan stakeholder lainnya agar lima strategi tersebut dapat berjalan sesuai harapan.
“Jadi, banyaknya kebijakan tumpang tindih harus dievaluasi dan disatukan untuk mendukung UMKM. Kita akan permudah UKM untuk akses pembiayaan dan lainnya,” pungkas Daniel.
Di tempat yang sama CEO UKM Baba Rafi, Nilamsari, mengatakan bahwa untuk merintis UMKM bisa go internasional seperti yang dilakukannya membutuhkan proses yang panjang dan melelahkan. Namun pelaku UMKM harus terus berupaya untuk tidak menyerah. Diakuinya ketika sebuah usaha mulai meningkat selalu bermunculan kompetitornya. Hal itulah yang juga dialami oleh Kebab Turki Baba Rafi saat awal perintisan.
Namun, kata Nilamsari, dengan sedikit polesan inovasi dan juga konsistensi penyajian produk bisa menjadi kunci untuk memenangkan persaingan tersebut. Saat ini Baba Rafi sudah merambah ke puluhan negara dengan sistem frenchise. Untuk menuju ke arah itu dia menyarankan agar UMKM dapat mematenkam produk dan nama usahanya agar tidak dicuri oleh orang lain sehingga bisa go global.
“Jadi hak paten itu penting ga penting kaya mana duluan telor sama ayam, tapi itu akan jadi kunci bagi kita agar produk kita bisa lebih bersaing. Apalagi sekarang untuk memperoleh hak paten tidak mahal bahkan pemerintah kerap menawarkan fasilitasi dan kemudahan untuk mendapatkannya,” kata Nilamsari.
Nilamsari membenarkan bahwa salah satu problem dari pelaku UMKM adalah pembiayaan. Banyak dari pelaku UMKM yang belum tersentuh pendanaan dari perbankan. Kalaupun sudah, dia menyayangkan tingkat bunga perbankan yang sangat tinggi sehingga menyulitkan
UMKM dapat memutar usahanya. Bahkan parahnya lagi pinjaman ke perbankan atau lembaga pembiayaan yang dilakukan UMKM diharuskan memiliki jaminan. Bagi kelas UKM mikro hal itu sangat menyusahkan. Oleh sebab itu dia meminta agar pemerintah dapat kembali menurunkan suku bunga perbankan agar UMKM bisa lebih leluasa menjalankan usahanya.
“PR Indonesia ketika UMKM naik kelas persoalan naik kelas yaitu bunga bank yang sangat tinggi sekali, di Korea dan China padahal hanya 3 persen, kita saat ini 12 persen. Sebagai pembisnis dengan bunga sebesar itu berat banget apalagi kondisi sosial naik turun,” pungkas dia. (DIN/rif)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *