ads_hari_koperasi_indonesia_74

Pertamina Pamer Aksi Nyata di COP30: Gaspol Wujudkan NZE 2060 Lewat Bisnis Rendah Karbon

Pertamina Pamer Aksi Nyata di COP30: Gaspol Wujudkan NZE 2060 Lewat Bisnis Rendah Karbon

Jakarta, Hotfokus.com

PT Pertamina (Persero) menegaskan keseriusannya mengejar target Net Zero Emission (NZE) 2060 atau bahkan lebih cepat. Komitmen itu disampaikan langsung oleh Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, saat tampil di forum Conference of Parties ke-30 (COP30) yang digelar di Belém, Brasil.

Agung menjelaskan bahwa Pertamina tengah menjalankan transformasi besar-besaran di seluruh lini bisnis, mulai dari hulu hingga hilir. Langkah ini bertujuan memperkuat strategi dekarbonisasi dan mempercepat transisi menuju bisnis rendah karbon.

“Pertamina terus memperbarui roadmap Net Zero Emission dengan memasukkan pengendalian emisi Scope 3 agar seluruh rantai bisnis energi ikut berkontribusi dalam pengurangan emisi,” ujar Agung di sela-sela pembukaan KTT COP30, Senin (10/11/2025).

Sebagai pemain utama di sektor energi nasional, Pertamina mengambil posisi sebagai pioneer transformasi energi. Untuk pertama kalinya, direktorat khusus yang fokus pada transformasi dan keberlanjutan dihadirkan dalam forum COP. Langkah ini menegaskan komitmen perusahaan dalam agenda sustainability global.

Agung menambahkan, strategi NZE Pertamina kini diterapkan di semua anak usaha, dengan fokus pada dekarbonisasi terintegrasi. Pertamina NRE menjadi ujung tombak dalam pemanfaatan pembangkit listrik hijau seperti tenaga surya, panas bumi, bioenergi, dan angin, serta mengembangkan ekosistem kendaraan listrik (EV), hidrogen hijau, dan amonia hijau.

Di lini hulu, Pertamina memacu efisiensi energi serta pengurangan metana dan flare loss. Subholding hulu, Pertamina Hulu Energi (PHE), juga menggarap 13 proyek Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS) dengan potensi penyimpanan karbon hingga 7,3 gigaton (GT).

“CCUS/CCS bisa jadi solusi utama dekarbonisasi di sektor migas. Potensi Indonesia bahkan bisa menempatkan diri sebagai pemimpin di Asia Tenggara,” ungkap Agung.

Sementara di sektor pengolahan, Pertamina mendorong produksi biofuel seperti Hydrotreated Vegetable Oil (HVO), Pertamax Green, dan Sustainable Aviation Fuel (SAF). Di lini gas, perusahaan mengembangkan Bio-LNG, biomethane, dan hydrogen blending sebagai bahan bakar rendah karbon.

Untuk sektor pemasaran, Pertamina memperluas Green Energy Station dan aktif dalam perdagangan karbon. Langkah-langkah ini sejalan dengan pesan utama COP30: “It’s time to act.”

Agung menegaskan, upaya Pertamina bukan hanya untuk kepentingan bisnis, tapi juga demi membatasi kenaikan suhu global di bawah 2°C. Ia menilai, aksi yang lebih agresif masih dibutuhkan agar target NZE pemerintah benar-benar tercapai.

“Transformasi bisnis dan keberlanjutan ini bukan pilihan, tapi keharusan untuk memastikan ketahanan energi jangka panjang Indonesia,” ujarnya.

Selain fokus pada enam lini bisnis utama, Pertamina juga memperkuat kontribusinya lewat pendidikan dan riset energi. Melalui Pertamina Foundation dan Universitas Pertamina, perusahaan mendorong penelitian terkait efisiensi energi, elektrifikasi, serta riset pasar karbon.

Sebagai bukti nyata, Pertamina mengalokasikan 10% dari total investasi periode 2025–2029 untuk pengembangan bisnis rendah karbon. Targetnya, kontribusi pendapatan dari sektor ini akan terus meningkat dalam lima tahun mendatang.

Dengan berbagai inisiatif tersebut, Pertamina mempertegas perannya sebagai pemimpin transisi energi nasional. Langkah-langkah dekarbonisasi yang dilakukan juga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini operasionalnya. (*)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *