Jakarta, hotfokus.com
PT Pertamina (Persero) memperkuat peran strategisnya dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau dengan mempercepat pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF). Program ini menjadi bagian dari upaya Pertamina mendorong kemandirian energi nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat bahan bakar ramah lingkungan untuk sektor penerbangan di kawasan Asia Tenggara.
Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, menyampaikan bahwa inisiatif SAF merupakan implementasi dari visi Presiden Prabowo Subianto yang tertuang dalam ASTA CITA, delapan prinsip dasar pembangunan nasional. Ia menegaskan, langkah ini bukan sekadar proyek energi baru, melainkan bentuk nyata komitmen Pertamina terhadap percepatan transisi energi nasional menuju ekonomi rendah karbon.
“Pertamina kini menjalankan strategi ganda, mempertahankan bisnis utama di sektor migas sambil mengembangkan energi bersih beremisi rendah,” kata Agung dalam forum 15th International Sustainability & Carbon Certification (ISCC) Regional Stakeholder Meeting Southeast Asia di Jakarta.
Ia menjelaskan, Pertamina saat ini fokus mengembangkan biofuel, panas bumi, serta teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) guna mendukung target pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE). Salah satu potensi besar Indonesia dalam pengembangan SAF terletak pada ketersediaan bahan baku dari minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO).

Subholding Kilang Pertamina International (KPI) telah menyiapkan fasilitas co-processing untuk mengubah UCO menjadi SAF. Sementara itu, distribusinya dikelola oleh Pertamina Patra Niaga dan digunakan oleh maskapai nasional Pelita Air. “Dengan begitu, Pertamina kini memiliki ekosistem lengkap dari hulu hingga hilir dalam rantai produksi SAF,” ujar Agung.
Kilang Cilacap menjadi pionir dengan kapasitas produksi mencapai 238 ribu kiloliter SAF per tahun menggunakan teknologi co-processing dengan campuran 2,4% UCO. Pertamina juga berencana memperluas kapasitas tersebut melalui pembangunan fasilitas baru di kilang Cilacap dan Plaju.
Menurut Agung, penggunaan SAF dapat menekan emisi karbon hingga 84% dibandingkan bahan bakar konvensional untuk penerbangan internasional. “Capaian ini menunjukkan bahwa ekonomi sirkular bisa diterapkan secara efektif di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara,” ujarnya.

Pertamina menegaskan komitmennya dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan memperkuat implementasi prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis. Melalui inovasi ini, Pertamina berharap dapat menjadi pionir dalam pengembangan bahan bakar berkelanjutan sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional. (*)













Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *