Jakarta, hotfokus.com
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan industri refraktori yang mandiri dan berdaya saing.
“Apalagi industri refraktori sangat berperan dalam proses hilirisasi, terutama terhadap industri smelter berupa hilirisasi mineral logam dan non logam, termasuk juga hilirisasi nikel,” kata
Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam, Putu Nadi Astuti, dalam keterangannya, Kamis (31/7/2025).
Selama ini, ia mengungkap sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) merupakan salah satu penopang utama ekonomi nasional. Ini tercermin laju pertumbuhan cukup stabi dan kontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi, perdagangan serta investasi di dalam negeri.
Meski berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi cukup besar, namun industri refraktori kerap menghadapi tantangan serius. Rata-rata utilisasi industri refraktori nasional sejak 2020 hingga 2024 hanya mencapai 33,7 persen dari total kapasitas terpasang. Sementara pangsa pasar domestik hanya 12,54 persen dari seluruh kebutuhan produk refraktori di dalam negeri.
“Kondisi ini disebabkan pemenuhan kebutuhan dalam negeri yang masih didominasi produk impor,” jelasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, impor produk refraktori untuk semen tahan api dan bata tahan api pada periode 2020-2024 mencapai 891.434 ton dengan nilai 588,90 juta dolar AS yang 88 persen di antaranya berasal dari Tiongkok.
Demi mengatasi tantangan ini, Kemenperin berupaya menciptakan sinergi dan kolaborasi berkelanjutan antara produsen refraktori nasional dengan industri smelter.

“Kami berharap, upaya ini mampu meningkatkan utilitas industri refraktori nasional dan efisiensi industri smelter, serta menciptakan kemandirian industri dan menguatkan rantai pasok nasional yang selaras dengan arah kebijakan pembangunan industri nasional,” ungkap Putu. (bi)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *