ads_hari_koperasi_indonesia_74

Industri Harus Siap Hadapi Dampak Perang Iran-Israel

Industri Harus Siap Hadapi Dampak Perang Iran-Israel

Jakarta, hotfokus.com

Kalangan industri dalam negeri harus siap menghadapi dampak konflik perang antara Iran dan Israel. Perang tersebut akan beresiko terhadap kenaikan biaya produksi, meningkatnya biaya logistik serta melemahnya permintaan ekspor.

“Untuk itu, penting memitigasi risiko dampak perang Iran-Israel pada industri, terutama ketergantungan industri dalam negeri pada energi impor sebagai bahan baku maupun komponen input produksi,” kata Menteri Perindustrian (Kemenperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam keterangannya Selasa (17/6/2025).

Selain itu, mitigasi juga dibutuhkan mengantisipasi gangguan pada rantai pasok global terutama pada rantai pasok bahan baku industri karena jalur logistik bahan baku dan produk ekspor industri melewati Timur Tengah yang sedang dilanda konflik terbuka saat ini.

Agus juga mengingatkan kalangan industri manufaktur dampak terhadap gejolak nilai tukar mata uang yang berakibat terhadap inflasi harga input produksi dan menurunnya daya saing ekspor produk industri.

Menurut menteri, dampak langsung konflik Iran-Israel paling terlihat di pasar energi. Timur Tengah sebagai penghasil minyak utama yang menyumbang hampir 30 persen produksi global membuat pasar waspada. Gangguan produksi energi Iran yang produksinya mencapai 3,2 juta barel per hari dikhawatirkan akan memicu gangguan pasokan sekaligus memicu fluktuasi harga energi dipasar internasional.

“Harga minyak Brent fluktuasi antara 73 hingga 92 dolar AS per barel pasca perang Iran-Israel. Para analis juga mengingatkan potensi kenaikan 15-20 persen pada 2025,” jelasnya.

Sehingga, lanjut menteri, volatillitas harga energi dunia akan semakin tinggi seiring dengan munculnya ancaman penutupan selat Hormuz yang telah menjadi urat nadi jalur pasokan energi dunia.

Padahal energi bagi industri adalah sangat vital. Tak hanya sebagai sumber energi produksi, tapi juga sebagai bahan baku dalam proses produksi.

Karena itu, Agus meminta kalangan industri dalam negeri harus lebih efisien dalam menggunakan energi dalam proses produksi dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk industri. “Ini juga mendukung kedaulatan energi nasional sebagaimana telah dicanangkan Presiden Prabowo,” katanya.

Untuk itu, Agus meminta industri saat ini harus mengandalkan sumber energi domestik, termasuk energi baru dan terbarukan seperti bioenergi, panas bumi serta memanfaatkan limbah industri sebagai bahan bakar alternatif. (bi)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *