Bagaimana Nasib Ribuan Triliun Mega Proyek DKI Jakarta?
Oleh : Salamuddin Daeng
Bisa bisa internasional balik badan. bagaimana tidak, antara pemerintah DKI Jakarta dengan pemerintah pusat tidak terintegrasi. Komando pemerintah daerah berasal dari tepat lain. Wah ini sungguh gawat bagi ribuan triliun mega proyek DKI jakarta baik yang sudah deal maupun yang tengah diusahakan.
Padahal lima belas hari Presiden Prabowo melakukan perjalanan keliling dunia, mengunjungi berbagai negara, menghadiri berbagai pertemuan multilateral, kesemuanya untuk mengumumkan ambisi besar Indonesia untuk menjadi pusat pertumbuhan baru ekonomi dunia. Usaha ini sungguh berat. Tapi semua bisa berantakan oleh hasil pilkada langsung.
Bagaimanapun bicara pembangunan Indonesia sebagian besar itu masih terpusat di Jakarta. Project telah dirancang secara terpusat melibatkan berbagai lembaga keuangan internasional, dan konsultan paling kredibel. Mega project tersebut akan mengambil titik tolak Jakarta. Nilai terbesar dari mega proyek telah dimulai di Jakarta. Berapa nilainya? Senilai usaha untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia double digit bahkan lebih.
Apa saja projectnya, berikut akan saya rinci satu per satu. Proyek proyek baru yang telah dibicarakan dengan investornya. Proyek proyek bernilai miliaran dollar yang membutuhkan jaminan lebih kuat dari pemerintah dimasa mendatang. Apa saja?
Proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta di Indonesia merupakan proyek infrastruktur penting yang bertujuan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di ibu kota. Estimasi biaya keseluruhan proyek sekitar USD $1,7 miliar. Ini termasuk biaya sistem kelistrikan dan mekanik, serta sarana kereta api1. Proyek ini diharapkan akan selesai sepenuhnya pada tahun 2027. Selain itu, kontrak konstruksi Fase 2A sendiri bernilai USD $2,25 miliar (Rp 32,5 triliun). Fase ini melibatkan jalur MRT sepanjang 6,3 km sebagai bagian dari koridor Bundaran HI – Ancol Barat. Ini adalah proyek ambisius dengan potensi untuk meningkatkan transportasi dan merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Proyek Light Rail Transit (LRT) di Indonesia cukup ambisius dan tersebar di berbagai wilayah. Berikut ini beberapa rincian penting: Jakarta LRT: Proyek LRT Jakarta sedang dikembangkan secara bertahap. Perpanjangan Fase 1D, yang menghubungkan Dukuh Atas ke Pesing, diperkirakan menelan biaya sekitar Rp13,4 triliun (sekitar USD $900 juta). Perpanjangan lainnya, Fase 2A, yang menghubungkan Kelapa Gading ke Stadion Internasional Jakarta, diperkirakan menelan biaya sekitar Rp7,09 triliun (sekitar USD $480 juta).
Proyek ini akan dilanjutkan di Bali LRT: setelah sukses di Jakarta dengan nilai proyek sebesar USD $10,8 miliar (Rp167 triliun). Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan infrastruktur transportasi di pulau tersebut dan diharapkan dapat menarik investasi yang signifikan.
Ini yang paling ambisius, proyek unggulan untuk investor Eropa. Proyek Tanggul Laut Raksasa di Indonesia merupakan inisiatif infrastruktur besar yang bertujuan untuk melindungi pantai utara Jawa, termasuk Jakarta, dari banjir dan penurunan tanah. Proyek ini merupakan bagian dari rencana Pembangunan Pesisir Terpadu Ibu Kota Nasional (NCICD).
Estimasi biaya untuk keseluruhan proyek sekitar Rp700 triliun (sekitar USD $48 miliar). Fokus awal akan berada di wilayah Jakarta hingga Cirebon, dengan rencana untuk memperluasnya lebih jauh di sepanjang pantai utara.
Proyek ini dirancang untuk mengatasi masalah penurunan tanah yang parah di Jakarta, yang mengakibatkan tanah amblas sekitar 10 cm per tahun di beberapa wilayah. Tanggul laut sementara saat ini hanya setinggi 4,8 meter dan diharapkan akan efektif hingga tahun 20331. Tanggul Laut Raksasa yang baru akan jauh lebih tinggi untuk memberikan perlindungan jangka panjang. Pemerintah mempertimbangkan model Kemitraan Publik-Swasta (KPS) untuk membantu mendanai proyek tersebut karena tingginya biaya yang terlibat. Ini adalah proyek ambisius dengan potensi untuk mengurangi risiko banjir dan melindungi wilayah pesisir.

Tidak kalah ambisius adalah Proyek Strategis Nasional (PSN) Jakarta merupakan bagian dari upaya Indonesia yang lebih luas untuk meningkatkan infrastruktur dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Total nilai investasi untuk proyek-proyek ini diperkirakan mencapai sekitar Rp4.666 triliun (sekitar USD $317 miliar). Ini mencakup berbagai proyek seperti sistem transportasi, mitigasi banjir, dan pembangunan perkotaan. Ini adalah rencana ambisius dengan tujuan untuk meningkatkan infrastruktur dan kualitas hidup kota secara signifikan.
Tapi bagaimana semua ini akan dilaksakanan,? Pertumbuhan ekonomi double digit yang ditopang oleh berbagai proyek strategis yang akan dan telah dimulai di Jakarta. Sementara di depan mata Pemerintahan yang baru saja terpilih dalam pemilihan umum dihadapkan pada penguasa baru Jakarta hasil Pilkada DKI Jakarta. Jakarta kemungkinan besar akan memilih bukan dari koalisi Indonesia Maju (Kim) yang merupakan koalisi dari pemerintahan nasional yang baru dilantik bulan oktober 2024 lalu.
Hasil dari demokrasi pilkada langsung DKI Jakarta ini akan disuguhkan kehadapan investor nasional dan internasional yang tengah menunggu dengan cemas kepastian jaminan politik dan ekonomi atas berbagai mega proyek bernilai ribuan triliun ini. Jika KPU nanti KPU mengumumkan kekalahan Koalisi Merah Putih (Kim) maka ini akan menjadi pertimbangan yang sangat berat bagi investor apakah DKI Jakarta adalah lahan terintegrasi dalam sistem yang subur untuk bercocok tanam atau menjadi lahan kubangan banteng. Kita serahkan pada pemilih di putaran ke II pilkada langsung DKI Jakarta. Pertanyaan paling penting apakah demokrasi akan dipersembahkan untuk kegagalan integrasi pembangunan nasional?[•]
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *