ads_hari_koperasi_indonesia_74

Si Angin Dan Polusi Singapura

Si Angin Dan Polusi Singapura

Oleh : Salamuddin Daeng

Belakangan ini capres Anis tengah berusaha sekuat tenaga membenarkan teori angin ke publik untuk menjelaskan bagaimana asal muasal polusi Jakarta. Kemana mana Anis memberi contoh polusi asap di Singapura akibat terbawa angin dari kebakaran hutan di Indonesia. Capres Anis ingin mengesankan bahwa sebenarnya Singapura sama dengan Jakarta tidak ada polusi tapi yang ada adalah angin yang membawa polusi. Intinya dia Anis benar dalam debat kemarin menjawab pertanyaan Gemoy menggunakan teori angin.

Pendukung Anis yang membagikan penjelasan Anis ini lewat media media sosial. Penjelasan ini terlihat meyakinkan. Tapi benarkah Singapura memiliki pandangan yang sama dengan Anis mengenai asal muasal polusi di negaranya? Sehingga mereka bisa “ngeles” dari tuntutan dunia internasional untuk mengurangi emisi? Benarkah singapura tidak melakukan langkah apapun dalam mengatasi polusi dan menurunkan emisi?

Tentu saja Singapura berbeda dengan Anis. Pemerintah Singapura tau benar bahwa mereka adalah salah satu negara penghasil emisi gas rumah kaca yang cukup besar.
Mereka pun telah melakukan berbagai langkah, upaya dan cara dalam mengurangi emisi dan mencapai target net zero emission (NZE) bahkan mengikuti target negara negara maju lainya. Singapura akan rencana akan mencapai nol bersih pada tahun 2050, lebih cepat 10 tahun dibandingkan target pemerintah Indonesia sebagai negara berkembang.

Apa strategi yang akan dilakukan Singapura? Ada banyak. Singapura telah secara progresif mengurangi emisi gas rumah kacanya, mencapai pengurangan sebesar 32 persen di bawah tingkat normal pada tahun 2020 menjadi 52,8 juta ton. Jumlah ini dua kali lipat dari janji pengurangan emisi sebesar 16 persen pada tahun 2009, sehingga memberikan kepercayaan diri kepada Pemerintah untuk meningkatkan ambisi iklimnya.

Pemerintah Singapura dalam pernyataan resminya mengatakan bahwa akan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050 akan menjadi target yang besar namun perlu, dan akan melibatkan impor listrik, energi surya, penyeimbangan karbon, dan langkah-langkah lain, seperti hidrogen. Pemerintah Singapura juga mengumumkan program ambisius Singapura untuk meningkatkan investasi dan penerapan hidrogen rendah karbon, dan mengatakan bahwa hal ini akan menjadi bagian penting dalam memenuhi target net-zero negara tersebut.

Tapi boleh juga sekali kali pemerintah Singapura menjiplak teori angin capres Anis dalam diplomasi perubahan iklim mereka. Jadi tidak perlu lelah lelah membuat regulasi iklim yang komprehensif serta mengeluarkan anggaran yang besar untuk menerapkan Carbon Capture dan Storage dalam mengatasi masalah emisi dan polusi di negara tersebut dan cukup dengan menyalahkan Indonesia sebagai sumber polusi yang terbawa angin. Dengan demikian selama masih ada angin di dunia ini, maka Singapura aman dari desakan internasional untuk mencapai komitmen net zero emission yang akan mengubah struktur ekonomi negara tersebut. Wuenak kan?[•]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *