Jakarta, Hotfokus.com
Industri olahan kayu, rotan dan bambu memiliki nilai tambah terhadap ekonomi nasional. Pada 2022 lalu, ekspor produk agro ini mencapai 4,66 miliar dolar AS.
Sementara ekspor industri furnitur 2,47 miliar dolar AS.
“Selain itu, sektor olahan kayu dan rotan ini juga banyak menyerap tenaga kerja,” kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika, Jumat (15/12/2023).
Data Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) dan asosiasi menyebutkan jumlah industri kayu olahan (KBLI 16) tercatat 520 perusahaan, dengan serapan tenaga kerja langsung 310.330 orang.
Untuk realisasi investasi industri kayu olahan di Indonesia sepanjang 2022 tercatat Rp3,5 triliun.
Ia mengungkapkan kinerja industri olahan kayu tidak lepas sinergi sistem informasi dengan instansi terkait lainnya. Karenanya, Kemenperin mengapresiasi dukungan Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marves) yang memfasilitasi pertukaran data antara Sistem Informasi Pengelolaan Hutan Lestari (SIPHL) di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dengan SIINas di Kemenperin. Sehingga tak memberatkan pelaku industri hulu dan hilir.
Ada Interkoneksi
Dengan adanya interkoneksi antara SIPHL Kementerian LHK dan SIINas Kemenperin ini, ia berharap selain memberi manfaat kepada pemerintah sebagai pengambil kebijakan, juga terhadap para pelaku industri kayu baik di sektor hulu maupun sektor hilir.
Menurut dirjen, manfaat yang diperoleh pemerintah antara lain adanya transparansi aliran data bahan baku kayu kepada sektor hilir maupun sebaliknya sebagai bahan data dalam pengambilan kebijakan.
“Sedangkan manfaat untuk pelaku industri adalah ada dashboard ketersediaan bahan baku kayu dan offtaker industri hilir. Sehingga proses aliran bahan baku kayu ke industri jadi lebih cepat,” katanya. (bi)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *