ads_hari_koperasi_indonesia_74

Industri Hilir Sawit Siap Menuju Net Zero Emission

Industri Hilir Sawit Siap Menuju Net Zero Emission

Jakarta, Hotfokus.com

Industri hilir kelapa sawit berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) menuju Net Zero Emission (NZE). Predikat industri rendah emisi menjadi bagian dari penentu akses pasar produk industri hilir kelapa sawit, sejalan berubahnya tren konsumen global.

“Ke depan, kami memprediksi bahwa aspek bangkitan emisi GRK dari proses produksi industri hilir kelapa sawit juga akan menjadi pertimbangan konsumen untuk memilih produk hilir kelapa sawit dengan net emission index yang rendah,” kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika, dalam keterangannya yang dilansir, Jumat (27/10/2023).

Sebagai induk industri kelapa sawit, ia mengatakan industri agro tercatat tumbuh 3,90 persen pada triwulan II – 2023 (year on year) dengan kontribusi terhadap PDB sektor non-migas mencapai 50,87 persen. Sementara, industri kelapa sawit sendiri menduduki peringkat pertama dalam kontribusi pertumbuhan sektor industri agro, sehingga pemerintah menempatkan industri kelapa sawit sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional.

Karenanya, hilirisasi industri kelapa sawit tetap menjadi tema besar dalam kebijakan pengembangan sektor perkelapasawitan, dengan indikator pencapaian berupa jumlah ragam jenis produk hilir dan rasio volume ekspor bahan baku CPO/CPKO berbanding dengan produk olahan (processed palm oil).

“Saat ini kami mencatat terdapat sekitar 179 ragam jenis produk hilir sawit dan sekitar 90% volume ekspor berupa produk hilir. Hanya sekitar 10% volume ekspor berupa bahan baku CPO/CPKO,” ucapnya.

Indonesia sebagai negara produsen terbesar komoditas kelapa sawit berpeluang menjadi champion pada program dekarbonisasi melalui strategi konkret peningkatan penggunaan produk hilir sawit secara massif di dalam negeri.

Ini berfungsi sebagai wahana demand management untuk menjaga harga CPO internasional dan mempertahankan harga jual tandan buah segar (TBS) di tingkat petani rakyat atau smallholder pada tingkat yang remuneratif. Program mandatory biodiesel pada delapan tahun terakhir yang saat ini sebesar 35% (B35) adalah contoh konkretnya.

Karena itu, Putu berharap para pelaku usaha industri dapat berkolaborasi dengan para pelaku riset/inovasi pengembang teknologi dalam negeri untuk mengkomunikasikan benefit program hilirisasi industri, termasuk program mandatory biodiesel 35% (B35) ini terhadap upaya dekarbonisasi nasional. “Ini untuk mendukung aspek pro-environment pada industri hilir kelapa sawit,” kata Putu. (bi)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *