Jakarta, hotfokus.com
Di era pandemi seperti saat ini banyak sektor usaha terkena dampaknya. Akibatnya pelaku ekonomi khususnya investor berbondong-bondong melakukan penyelamatan aset atau investasinya dari kemungkinan tergerusnya nilai aset atau investasinya. Salah satu yang menjadi bidikan investor adalah mengalihkan portofolio investasinya dalam bentuk logam mulia atau emas.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, menjelaskan bahwa investasi emas saat ini menjadi tren pilihan masyarakat di tengah badai pandemi covid-19. Pasalnya emas dianggap sebagai instrumen safe heaven di tengah gejolak global yang belum diketahui kapan akan berakhir. Dengan mengalihkan portofolio investasi ke logam mulia, maka investor meyakini risiko dari penurunan nilai akan terhindarkan.
“Emas itu nilainya stabil bahkan cenderung menguat, artinya nilai dari emas tidak banyak tergerus dalam kondisi apapun. Ketika pandemi dan orang mengkalkulasi agar mengurangi risiko maka orang akan memburu ke aset yang non risiko seperti emas, maka harganya mengalami kenaikan yang fantastis,” ulas Enny dalam virtual group discussion dengan tema Membidik Instrumen Investasi yang Cocok di Era New Normal di Jakarta, Rabu (26/8).
Dikatakannya bahwa ketika saat krisis tahun 1997 – 1998 lalu investor lebih banyak berburu dolar karena dianggap paling aman. Namun kondisi pandemi saat ini berbeda dimana justru emas menjadi salah satu instrumen safe heaven yang paling banyak diminati investor. Enny menegaskan bahwa saat pandemi global saat ini ekonomi Amerika juga sedang terkontraksi sangat dalam sehingga dolar tidak lagi menjadi pilihan para investor.
“Kalau dulu itu pilihannya adalah dolar, begitu ada guncangan ekonomi maka nilai tukar dolar melemah dan banyak mata uang lainnya yang melemah. Hari ini ternyata dolar sekarang tidak jadi safe heaven,” tuturnya.
Sementara itu Vice President Kantor Wilayah (Kanwil) VIII Jakarta 1 PT Pegadaian (Persero), Rudi Kurniawan, membenarkan bahwa investasi emas menjadi pilihan yang tepat di saat kondisi pandemi. Pasalnya tren harga emas terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2019 harga emas dalam satuan rupiah tumbuh 14,5 persen dari Rp625.000 menjadi Rp716.000 per gram. Kemudian pada semester I 2020, harga emas meningkat 16 persen dari Rp717.000 menjadi Rp832.000 per gram. Bahkan belum lama ini harga logam mulia Antam menembus rekor tertingginya di kisaran Rp1.054.000 per gram.
“Jadi memang emas selalu ada momentum saat pra krisis, krisis atau paska krisis. Apakah masih mungkin naik? selama ini belum ada yang bilang mau turun. Ketika krisis banyak investor yang cari aman makanya mereka beralih ke investasi yang sifatnya safe heaven,” ujar Rudi
Rudi menambahkan keuntungan dari investasi emas lainnya yaitu liquid atau mudah dicairkan dalam bentuk uang serta lebih tahan terhadap inflasi. Sebagai komoditas unggulan, harga emas dipengaruhi oleh faktor suplai dan demand. Dengan permintaan yang relatif terus bertumbuh serta produksi yang semakin langka dan mahal, maka emas terus berpotensi terjadi peningkatan harga.
Ditegaskan Rudi bahwa untuk beralih untuk investasi emas, masyarakat tidak perlu menunggu saat memiliki uang lebih. Dengan berbagai kemudahan dan murahnya pemesanan emas khususnya yang melalui Galeri 24 yang merupakan anak usaha dari PT Pegadaian (Persero), masyarakat bisa memiliki tabungan emas dengan nominal pembelian yang kecil. Bahkan Pegadaian juga menawarkan layanan pembelian emas masa depan dengan harga saat ini.
“Strategi investasi emas ketika punya uang harus segera dibelikan, atau dengan beli emas dengan cara dicicil. Layanan ini udah ada di Pegadaian, jadi konsepnya adalah dengan strategi gradual buying,” tuturnya. (DIN/rif)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *