Jakarta, hotfokus.com
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia disebut – sebut 99% ulah manusia sementara 1% nya adalah faktor alam.
“Antara lain, tidak sengaja karena buang putung rokok atau membakar sampah, disengaja karena ingin membuka lahan, dan disengaja karena dibayar. Alasannya adalah dampak kurangnya lapangan kerja” kata Kepala BNPB Doni Monardo di acara Rakor Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana Karhutla di Kantor Bupati Bengkalis (4/3).
Permasalahan utamanya adalah karena faktor ekonomi masyarakat. Salah satu solusinya adalah memanfaatkan lahan yang subur di Riau dalam meningkatkan komoditas ekonomi rakyat seperti kopi, lada, dan sebagainya, sehingga terbuka lapangan kerja untuk masyarakat. Contohnya pasar lada setiap tahunnya sampai dengan 16 miliar USD.
Upaya pencegahan dan mitigasi akan lebih baik dan efektif dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan. Tahun 2015, kerugian ekonomi Indonesia mencapai 221 triliun atau 2x lipat akibat kerugian ekonomi di bencana tsunami di Aceh.
Korban akibat bencana melampui korban perang, selama 18 tahun (2000-2018) mencapai 1.220.701 orang yang meninggal.
Gubernur Riau, Syamsuar dalam sambutannya mengatakan Pulau Bengkalis adalah pulau terluar dari Riau, selain Karhutla ancaman bencana lainnya adalah abrasi.
“Terima kasih atas kunjungannya ke Riau, komitmen kami mencetuskan Riau Hijau. Sesuai arahan Presiden tidak ada pembukaan lahan baru, dan kami berkomitmen tentang hal tersebut.
Karena sudah ada 2.8 juta hektar lahan sawit dan Riau merupakan terbesar di Indonesia” ucap gubernur.
Kepala BMKG Dwikorita menjelaskan bulan Juni-September 2019 akan terjadi kemarau panjang, selain tahun ini adalah musim El Nino. “Bengkalis masuk pada bulan Juni perkiraan musim kemaraunya dan Riau akan dimulai Maret Akhir” ungkapnya.
Informasi cuaca dan potensi hot spot setiap harinya. Di Riau ada 3 (tiga) stasiun BMKG, untuk memantau cuaca dan sebagainya.
Satelit yang memantau baru bisa diupdate 6 jam sekali, dan baru dapat dipublish dalam 24 jam. Untuk itu diantisipasi dengan mendeteksi hot spot setiap 10 menit, dengan www.satelit.bmkg.go.id. namun memiliki Kelemahan, baru dapat mendeteksi zona lebih dari 500 meter persegi.
Selanjutnya Haris Gunawan Deputi dari Badan Restorasi Gambut (BRG) mengatakan gambut tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita, bekerjasama dengan BPPT mengembangkan inovasi pemantauan gambut secara realtime dengan menggunakan android.
“Lahan gambut di Riau, dalam keadaan merah. Sehingga kita perlu meningkatkan kesiapsiagaan. Perlu adanya air untuk menyeimbangkan ekosistem, restorasi gambut, pelibatan masyarakat, dan peringatan dini terhadap kebakaran lahan gambut. Harus jelas kepemilikan lahan untuk memudahkan pemadaman, dan sejahterahkan rakyat.” Katanya.
Raffles, direktur dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Senada dengan Gubernur Riau, arahan menteri LHK, tidak ada lagi pembukaan lahan baru, apalagi yang berlahan gambut. HTI juga ditinjau kembali agar tidak ada lagi yang lahan HTI yang berlahan gambut. Bengkalis di tahun 2019 agak tinggi potensi Karhutla dibandingkan tahun sebelumnya. “Kami sedang membuat inovasi menggunakan sprinkle untuk membasahi lahan gambut agar tidak mudah terbakar. Ada contoh yang baik dari pembukaan lahan gambut tanpa membakar di Kubu Raya” ajaknya. (SA)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *