ads_hari_koperasi_indonesia_74

64 Tahun Pertamina – Ferdinand Hutahaean : Bebaskan Pertamina Dari Tekanan Politik

64 Tahun Pertamina – Ferdinand Hutahaean : Bebaskan Pertamina Dari Tekanan Politik

Jakarta, hotfokus.com

PT Pertamina (Persero) genap berusia 64 tahun. Perjalanan selama 64 tahun itu bukanlah hal mudah untuk dilalui, sebab sebagai National Oil COmpany (NOC), Pertamina terlalu “Sexy” dan tak lepas dari jeratan politis dari masa ke masa, siapapun yang menjadi rezim penguasanya. 

Tekanan politik menjadi hal yang paling fundamental bagi Ferdinand Hutahaean, Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, karena kebijakan politis inilah yang menurutnya selama ini menjadi batu sandungan bagi BUMN migas itu untuk berlari kencang dan mengalahkan rival-rivalnya, NOC milik negara lain. 

Menurut Ferdinand, Pertamina sejauh ini menjalankan bisnis tidak selayaknya berbisnis pada umumnya. Kentalnya unsur politis, kata dia, membuat Pertamina tak bisa berlari kencang. Ia pun menyebut beberapa pola bisnis Pertamina yang disebutnya merugikan perusahaan tersebut. 

“Salah satu contoh yang mau saya berikan di dalam cara bisnis Pertamina sekarang ini yang tidak sehat dan tidak benar adalah seperti harga jual elpiji, 5,5 kg, 12 kg, ini dijual dibawah harga keekonomian, tetapi Pertamina tidak mendapat subsidi dari selisih harga ini. Kalau tidak salah Pertamina sekarang memiliki selisih sekitar 5 ribu per kg nya, tapi kan Pertamina tidak mendapat subsidi. Sementara Pertamina untuk menaikkan harga jualnya tidak mudah, karena harus menghadapi tekanan politik. Ini yang harus kita perbaiki kedepan,” ujar Ferdinand kepada Hotfokus.com, saat dihubungi, Minggu (5/12/2021). 

Tak hanya penjualan gas elpiji, dalam penjualan BBM non subsidi sekalipun, Pertamina masih menghadapi tekanan politis. Ferdinand menyebutkan seperti penjualan BBM Pertalite yang disebutnya Pertamina harus menanggung kerugian dari tiap liter Pertalite yang terjual. 

“Selama ini kita banyak membanding-bandingkan Pertamina dengan perusahaan asing sejenis, diluar sana rata-rata berbisnis ya sudah benar. Lha kalaupun merugi, itu karena resiko bisnis. Sementara pada umumnya mereka menjalankan cara  berbisnis yang sepatutnya bagaimana berbisnis. Hal-hal seperti ini termasuk juga Pertamina sekarang menjual Pertalite. Bahan bakar yang bukan penugasan dan tidak mendapat subsidi tetapi Pertamina harus menjual dibawah harga keekonomian,” sebutnya. 

Kedepan, kata Ferdinand, dengan momentum hari jadi Pertamina ke-64 ini, diharapkan Pertamina bisa memperbaiki diri. Tak hanya Pertamina, bahkan seluruh BUMN di Indonesia menurutnya harus menjalankan pola-pola bisnis yang semestinya. Jangan ada lagi tekanan politis yang menyebabkan BUMN menjadi tersungkur. Ia percaya, para pemangku kepentingan yang terkait dengan Pertamina bisa menjalankan tugasnya dengan baik, penuh integritas dan mengembalikan kejayaan BUMN migas kebanggan Indonesia menjadi perusahaan BUMN yang semestinya, membawa kebaikan bagi seluruh rakyat Indonesia. 

“Jadi ini yang harus kita perbaiki kedepan, bagaimana supaya Pertamina ini pure berbisnis dengan cara yang benar, dan tentu dia akan mendapatkan laba yang banyak, dan itu labanya yang kita pergunakan untuk mengangkat kesejahteraan hidup masyarakat, meningkatkan pendapatan negara dan memajukan negara, karena banyak hal di negara ini yang berjalan dan dibiayai oleh Pertamina. Inilah yang harus kita tata kedepan, bagaimana supaya Pertamina ini dan BUMN lain melakukan bisnisnya diluar tekanan politis. Inilah yang nanti akan membuat Pertamina semakin besar, semakin jaya,” pungkasnya. (SNU)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *