ads_hari_koperasi_indonesia_74

Harga Jual EBT Harus Kompetitif

Harga Jual EBT Harus Kompetitif

JAKARTA — Harga jual energi baru dan terbarukan (EBT) harusnya lebih kompetitif agar dapat bersaing dengan energi fosil seperti batubara dan gas.

“Tantangan dalam memanfaatkan EBT adalah harga jualnya yang sulit bersaing dengan energi konvensional seperti batubara dan gas. Padahal energi terbarukan penting untuk menjaga ketahanan energi di masa mendatang,” kata pendiri Indonesian Energy and Enviromental Institute (IE2I) Satya Hangga Yudha Widya Putra saat berbicara dalam 23rd Conference of Parties (COP23) di Bonn, Jerman, belum lama ini seperti disampaikan dalam rilis yang dikirim ke Antaranews di Jakarta, Selasa (21/11).

Hangga mendorong pemerintah lebih konsisten dalam mengembangkan EBT di tengah semakin tingginya kebutuhan energi di masyarakat. “Pemanfaatan EBT tidak bisa ditunda-tunda, karena Indonesia menjadi negara yang meratifikasi Paris Agreement, yaitu komitmen mengurangi emisi karbon dalam menjaga perubahan iklim global. Saat ini, kita masih bergantung dari energi fosil yang semakin lama semakin mahal dan terbatas. Karena itu, kita dorong pemerintah untuk lebih konsisten memberikan porsi bagi pengembangan EBT ke depan,” paparnya.

Peraih gelar master dalam bidang kebijakan energi dan lingkungan dari New York University (NYU) tersebut meyakini EBT akan menjadi sumber energi masa depan. Indonesia disebutnya memiliki potensi sumber daya energi baru terbarukan cukup besar seperti panas bumi (geothermal), mikrohidro, angin, dan matahari.

Hanya saja, lanjut Hangga, harga jual EBT dinilainya masih belum kompetitif mengingat masih lebih tinggi dibanding energi yang berasal dari fosil seperti batubara maupun gas.

“Pengembangan EBT juga harus dibarengi dengan semakin ekonomisnya harga jual. Oleh karena itu, kita perlu monitor Peraturan Menteri ESDM No 50/2017, apakah regulasi ini masih menarik minat investor untuk mengeksplorasi potensi cadangan energi baru terbarukan atau sebaliknya. Karena selama harga EBT masih di atas harga energi fosil, maka EBT tidak akan bisa berkembang secara optimal,” jelasnya. (kn)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *