Jakarta, HotFokus.com
Asosiasi Logistik Dan Forwarder Indonesia (ALFI) mendesak pihak operator New Priok Container Terminal One atau NPCT 1untuk memperbaiki layanan agar proses bongkar muat menjadi efisien agar biaya logistik menjadi lebih murah.
Ketua ALFI DKI Jakarta, Widiyanto mengatakan, proses penanganan barang impor di NPCT 1 sangat merugikan pemilik barang ataupun perusahaan forwarder yang mewakilinya, karena proses administrasi yang berbelit dan pelayanan bongkar muat yang dianggap kurang profesional kemudian membuat biaya logistik menjadi mahal.
Widiyanto mencontohkan, untuk penanganan barang impor saja, pemilik barang yang diwakilkan pleh pelaku usaha forwardernya, bisa memakan waktu hingga 12 jam dalam sehari. Kondisi ini yang kemudian menyebabkan biaya-biaya yang telah direncanakan menjadi tinggi.
“Jadi sampai saat ini dirasakan NPCT 1 itu kelihatannya dibanding dengan terminal – terminal lain itu jauh lebih rendah kinerjanya dari pada terminal lain, karena di sini jelas bahwa ada beberapa hal yang perlu diperbaiki misalnya masalah infrastrukturnya itu macet, kemudian birokrasinya cukup luar biasa, jadi salah satu contoh untuk mengeluarkan barang setelah mendapat aduan dari anggota kita bahwa truk masuk jam 4 subuh rapi keluarnya 14.30. Itu tidak efisien,” ujar Widiyanto di Jakarta, Jumat (4/8).
Sebagai catatan saja, kapasitas total terminal pelabuhan Tanjung Priok ditargetkan 11,5 juta TEUs pertahun setelah pembangunan terminal New Priok selesai seluruhnya. Sementara terminal NPCT 1 telah dioperasikan pada 18 Agustus 2016 lalu. Keberadaan terminal petikemas itu diharakan mampu membantu kelancaran arus barang baik ekspor maupun impor.(nas)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *