Oleh :
Ferdinand Hutahaean
Dir. Eksekutif Energy Watch Indonesia
Jakarta – hotfokus.com | Adanya rencana pemerintah untuk merefisi harga jual BBM periode Oktober 2016 sangat disesalkan oleh Energy Watch Indonesia (EWI).
Rencana evaluasi pada harga premium yang akan turun berkisar Rp.300 / liter dan menaikkan harga Solar sebesar Rp.600 / liter adalah kebijakan yang kurang tepat saat ini untuk dilakukan dan sebaiknya rencana tersebut dibatalkan hingga evaluasi tahap berikutnya pada periode Januari 2017.
EWI melihat rencana kebijakan tersebut justru lebih besar kandungan negatifnya daripada kandungan positifnya.
Rencana tersebut hanya akan menambah beban negatif bagi perekonomian dan bagi masyarakat secara umum serta kepada bisnis Pertamina yang tentu akan terganggu.
Pertamina memang adalah eksekutor dari kebijakan pemerintah dan harus tunduk pada pemerintah. Tapi beban tanggung jawab publik tetap berada di Pertamina yang akan menjadi sasaran tembak atas kebijakan ini.
Ada beberapa hal yang menjadi alasan EWI untuk meminta pemerintah membatalkan rencana evaluasi harga tersebut.
Yang pertama adalah, penurunan harga premium sebesar Rp.300 / liter, secara matematis tidak akan terlalu berdampak kepada perekonomian dan ongkos produksi bagi kegiatan usaha dan ini Tidak signifikan dampaknya.
Namun penurunan tersebut justru akan membuat jarak disparitas harga antara Premium dan BBM jenis lainnya semakin tinggi dan kemungkinan akan membuat migrasi kembali dari konsumen Pertalite dan Pertamax ke Premium.
Satu-satunya jalan bagi Pertamina mengcounternya adalah dengan turut menurunkan harga Pertalite dan Pertamax.
Permasalahannya sama, penurunan harga tersebut tidak berdampak signifikan kepada publik tapi secara umum mengganggu bisnis Pertamina dan menurunkan pendapatan pemerintah.
Yang kedua, kenaikan harga Solar sekitar Rp.600/liter akan sangat berdampak kepada kenaikan ongkos distribusi bahan pokok dan angkutan umum.
Tentu kenaikan ongkos distribusi itu akan menaikkan harga bahan pokok dipasar. Kebijakan Pemerintah ini justru menambah beban kepada industri dan perekonomian bangsa ditengah belum membaiknya ekonomi global secara keseluruhan.
Yang ketiga, ada inkonsistensi sikap dari pemerintah dalam menetapkan harga BBM Premium dan Solar.
Kenapa bisa Premium turun san Solar malah naik?
Sementara bahan bakunya tetap sama yaitu minyak mentah dan formula ongkos produksinya sama. Sehingga jika premium turun, maka solar juga harus turun bukan malah naik.
Mungkin pemerintah ingin menghapus subsidi Solar, itu sah saja tapi harus dilihat momentnya dan sangat jelas saat ini belum tepat. Akan timbul kegaduhan masyarakat .(ril/op/eb/za)
Sumber Foto : mariodevan.files.wordpress.com
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *