ads_hari_koperasi_indonesia_74

SKETSA LUSUH MERAH PUTIH, SEBUAH POTRET BURAM INDONESIA

SKETSA LUSUH MERAH PUTIH, SEBUAH POTRET BURAM INDONESIA

Oleh :
Ferdinan Hutahean

Hari ini memasuki hari ke 606 Jokowi memerintah sebagai presiden, berkuasa sebagai pemegang tampuk tertinggi kekuasaan di Republik yang ketata negaraannya dengan lembaga negara yang tidak lagi sesuai dengan karya para pendiri bangsa yang memerdekakan bangsa ini hampir 71 tahun silam dengan nyawa, darah, airmata dan penderitaan lahir bathin. Namun semua harga sangat mahal itu yang dibayar oleh para pendiri bangsa dengan lunas, tidak berarti sama sekali dan tidak dipandang sebagai pengorbanan yang harus dimuliakan, tapi hanya layak sekedar mendapatkan penghargaan dengan menuliskan predikat Pahlawan kepada para pendiri bangsa, dan mencetak wajah mereka kedalam beberapa lembar mata uang atau dalam lembaran mata pelajaran yang saat inipun sudah tidak diajarkan lagi kepada murid sekolah.

Bentuk negara yang dibuat oleh para pendiri bangsa tersebut, diakuisisi dengan mudah oleh para penjajah baru menggunakan tangan, hati dan pikiran para anak negeri ini yang kemudian ingin dilabeli juga sebagai pahlawan.

Mereka para pahlawan palsu itu mengkudeta pengorbanan para pendiri bangsa dengan imbalan jabatan dan kekuasaan serta mendirikan negara baru Indonesia dengan konstitusi UUD 45 jadi-jadian yang selayaknya disebut UUD 2002 dan bertuhankan para oligarki. Pancasila dan UUD 45 Asli digantung dengan pigura sebagai hiasan dinding belaka. Pertanyaannya, kemana TNI dengan Sapta Marganya?

606 hari sudah rejim ini berkuasa, namun rejim penguasa ini sepertinya hanya meneruskan pemerintahan yang tidak memimpin, pemerintahan yang tidak lebih dari sebuah korporasi dengan persaingan jabatan para elitnya. Memimpin dirinyapun pemerintah ini gagal, bagaimana ia akan memimpin bangsa ini? Kegagalan memimpin dirinya terlihat vulgar diruang publik ketika untuk sekedar menjadi tim kerja yang kompakpun ternyata rejim ini gagal dan tidak mampu. Adakah suatu kemakmuran akan dihasilkan dari rejim yang tidak bisa pimpin dirinya? Tentu tidak kecuali dialam hayal mimpi kosong hiperbolik penguasa republik ini.

Visi misi kampanye dengan sederet janji dalam Nawacita dibumbui teriakan Trisakti, salah satu ajaran besar Bung Karno yang justru kini dijadikan sebagai tumpukan kertas yang ingin dibuang tapi takut, disimpan cuma ngotori meja. Inikah yang namanya Soekarnoisme membunuh Soekarno? Dimana tanggung jawab PDIP sebagai partai yang mengklaim diri penyambung ajaran Bung Karno? Akankah diam menyaksikan ajaran Bung Karno dijadikan instrumen membelokkan logika publik? Rejim ini sempurna membalikkan Kedaulatan dengan menjadi budak asing, membalikkan kemandirian dengan terus berhutang, membalikkan budaya lokal dengan liberalisme.

19 indikator ekonomi mencatat hanya 1 indicator yang meningkat yaitu jumlah penduduk, 18 indikator ekonomi lainnya menurun sangat tajam, yang artinya rejim ini gagal untuk mempertahankan situasi, bagaimana mau meningkatkan ekonomi? bertahan saja tidak mampu. Rejim ini sudah gagal, tidak punya kapasitas dan kapabilitas untuk memimpin bangsa sebesar ini. Rejim ini hanya mampu meningkatkan jumlah penduduk (Prestasi?), meningkatkan jumlah masalah, memutar balikkan logika waras dengan jargon Revolusi Mental, masalah silih berganti, kegaduhan bertubi tubi, sungguh rejim ini sudah gagal dan harus dihentikan sebelum Indonesia tinggal kenangan dalam buku buku usang. Merah Putih lusuh, potret buram bangsaku, rejim Jokowi Gagal.

*penulis aktivis politik dan direktur EWI

Sumber image : http://www.aktual.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *